REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staf Departemen Ilmu Gizi Universitas Indonesia Dwirini Retno, menyoroti kebutuhan nutrisi, vitamin, dan suplemen untuk remaja selama masa pandemi Covid-19. Remaja diminta menjaga gaya hidup sehat meski pandemi Covid-19 masih terjadi dan itu tidak sulit dilakukan. Pasalnya, usia remaja sering disebut sebagai masa keemasan.
"Yang dilakukan saat remaja dipetik saat dewasa, termasuk kesehatan. Jadi, kesehatan jadi aset dan berapa banyak biaya yang dikeluarkan jika sakit," ujarnya saat webinar virtual yang diadakan Pengabdian Masyarakat FK UI bertema Upaya Pemberdayaan Remaja Melalui Edukasi dan Penyampaian Informasi yang Benar Mengenai Covid-19 Serta Menjaga Kesehatan Kesehatan di Masa Pandemi, Selasa (9/11).
Selain itu, dia menambahkan, remaja tidak bisa melakukan aktivitas hal baik jika sakit. Namun, ia menyoroti remaja menganggap penyakit akan menyerang pada saat sudah tua sehingga remaja kerap tidak mempedulikan kesehatan.
Ia menegaskan, pandangan ini sangat salah karena penyakit tidak memandang siapapun orang itu dan berapa usianya. Sebenarnya, ia menambahkan, gaya hidup sehat pada saat remaja sebenarnya tak sulit. Hanya perlu berkomitmen rutin berolahraga, rutin konsumsi makanan yang sehat.
Ia menambahkan, gaya hidup yang dapat dilakukan remaja untuk menjaga kesehatan salah satunya adalah makanan. Jadi, remaja harus mengontrol pola makan yaitu sarapan pagi, makan siang, hingga makan malam.
"Sebaiknya remaja jangan melewatkan makan pagi. Sebab, makan pagi yang memberikan energi lebih banyak pada remaja untuk memulai kegiatan belajar mengajar, kemudian membantu remaja lebih fokus saat sekolah," katanya.
Selain itu, ia meminta remaja mengurangi keinginan makanan manis. Sebab, apabila melewatkan sarapan pagi, remaja akan mencari-cari makanan. Kemudian biasanya menyerbu makanan manis.
Oleh karena itu, ia meminta remaja juga kontrol pola makan. Para remaja sebaiknya konsumsi makanan sehat termasuk tinggi serat, termasuk sayur dan buah-buahan, daging, hingga kacang-kacangan.
Kemudian ia juga meminta remaja hindari makanan instan. Contohnya, banyak makan mi karena banyak mengandung zat kimia.
"Kalau makan hanya satu mi tidak terlalu bahaya tetapi kalau sehari bisa tiga hingga empat kali itu sangat berbahaya dan tidak baik untuk ginjal. Kurangi juga snack," katanya.
Ia juga meminta remaja kurangi makanan cepat saji karena mengandung lemak jenuh dan rendah serat. Yang tak kalah penting, dia melanjutkan, minum air putih sebaiknya per hari 1.850 hingga 2.350 ml atau delapan gelas per hari. Ia juga meminta remaja mengurangi banyak minum boba karena mengandung perasa dan pewarna.