Kamis 11 Nov 2021 22:39 WIB

Sasar Pasien DM, Perusahaan Swedia dan Jabar Bekerja Sama

Proses uji pengguna ADMS akan berlangsung pada awal 2022.

Red: Yeyen Rostiyani
Dubes RI untuk Kerajaan Swedia dan Latvia, Kamapradipta Isnomo (kiri) dan CEO Brighter, Eric Lissner, Kamis (11/11)
Foto: KBRI Stokcholm
Dubes RI untuk Kerajaan Swedia dan Latvia, Kamapradipta Isnomo (kiri) dan CEO Brighter, Eric Lissner, Kamis (11/11)

REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM – Perusahaan Swedia, Brighter, menjalin kerja sama dengan Universitas Padjajaran dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat untuk menyasar pasien Diabetes Mellitus (DM). Kerja sama layanan kesehatan digital ini difasilitasi Kedutaan Besar RI (KBRI) Stockholm, Swedia, Kamis (11/11).

Brighter sebagai perusahaan alat dan layanan kesehatan digital,  memiliki produk dan layanan kesehatan digital terbaru mereka, Actiste Diabetes Management System (ADMS). ADMS adalah salah satu bentuk implementasi teknologi layanan digital bagi pasien DM tipe 2. Tujuannya untuk membantu pasien dapat secara mandiri mengelola kondisinya agar tetap terkendali dan stabil terutama pada saat pandemi.

Acara inaugurasi ini menandai bergulirnya proses uji pengguna ADMS di Jawa Barat. Kegiatan ini juga dihadiri secara virtual oleh Duta Besar Kerajaan Swedia untuk Indonesia, perwakilan RSUD Al-Ihsan dan perwakilan RS BMC Mayapada.

 “Saya menyambut baik kolaborasi teknologi digital di bidang layanan kesehatan ini, yang sangat dibutuhkan pada kondisi pandemi saat ini, saat pasien cukup culit untuk bertemu dokter secara berkala karena restriksi mobilitas. Teknologi bisa menjadi salah satu solusi untuk kendala tersebut”, ujar Dubes RI untuk Kerajaan Swedia dan Latvia, Kamapradipta Isnomo, dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Kamis.

Kamapradipta menilai, kerja sama ini dapat membuka jalan bagi kolaborasi Triple Helix. Skema tersebut menghubungkan pemerintah, dunia usaha, dan universitas di Indonesia dan Swedia pada bidang jasa layanan kesehatan.

Duta Besar Kerajaan Swedia untuk Indonesia Marina Berg berpandangan senada. “Teknologi dan digitalisasi layanan kesehatan hanya akan bermanfaat jika dapat diaplikasikan secara praktis, dapat diakses semua orang dan berlangsung melalui kolaborasi,” katanya.

Berg juga menyampaikan, sebagai bentuk kolaborasi lainnya, Kedutaan Besar Swedia bersama dengan Business Sweden di Jakarta akan menyelenggarakan Healthcare Forum pertama pada 2 Desember. Dalam forum itu, para pemangku kepentingan di bidang kesehatan dapat bertukar pengetahuan dan pengalaman terbaik di bidang pengelolaan layanan kesehatan.

Sementara CEO Brighter, Eric Lissner melihat Indonesia sebagai negara yang menarik bagi teknologi layanan kesehatan saat ini. “Di Indonesia, pada pengembangan teknologi, sistem yang rigid tidak membuat inovasi berjalan lambat. Di Indonesia juga terdapat peningkatan minat yang sangat tinggi untuk penggunaan solusi cerdas bagi manajemen kesehatan,” kata Lissner.

Peluncuran kerja sama ini berlangsung menjelang peringatan Hari Diabetes Dunia pada tanggal 14 November 2021. Tahun ini peringatan tersebut  mengusung tema, Access to Diabetes Care: If Not Now, When?

Kerja sama ini diawali dengan penandatangan Perjanjian Kerja Sama antara Brighter dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran pada 8 September. Pada uji pengguna ini, Brighter juga bekerja sama dengan perusahaan penyedia sistem manajemen layanan kesehatan lokal, Medico.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, dr R Nina Susana Dewi, SpPK(K), MKes., MMRS mengatakan, “Jawa Barat memerlukan inovasi baru dalam upaya pencegahan dan pengendalian Diabetes Mellitus.

“Kerja sama dalam memberikan layanan pemantauan jarak jauh ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi upaya penanggulangan DM di Jawa Barat,” katanya.  

Diabetes Mellitus saat ini menjadi penyebab kematian terbanyak ketiga di Indonesia dengan presentase 9,3 persen. Hal senada juga diungkapkan oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Dr dr Yudi Mulyana Hidayat, SpOG(K), Mkes.

“Saya mengapresiasi kolaborasi antara Universitas Padjajaran dan Brighter dan berharap kolaborasi untuk pencegahan dan penanggulangan diabetes dapat semakin ditingkatkan ke depannya,” katanya.

Proses uji pengguna ADMS akan berlangsung pada awal 2022 selama enam bulan dengan peserta sebanyak 100 orang di RSUD Al-Ihsan dan RS BMC Mayapada. ADMS akan membantu pasien DM tipe 2 untuk dapat mengecek dan mencatat kadar gula darah secara mandiri dan berkala dari rumah. Hasil pengecekan akan tercatat secara otomatis pada aplikasi e-jurnal yang terintegrasi dengan alat tes dan dapat diunduh pengguna di ponsel pintar mereka.

Pemantauan dan komunikasi berkala dengan dokter spesialis, pengguna dapat mengunduh catatan pengecekan gula darah selama empat hari dan mengirimkannya kepada dokter mereka melalui email atau Whatsapp. Layanan kesehatan ini merupakan salah satu solusi digital untuk membantu pasien DM tipe 2 tetap berada di rumah sembari menjaga kondisi gula darah mereka terkendali lewat pengecekan berkala, serta membantu dokter untuk dapat mengetahui kondisi pasien mereka secara jarak jauh.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement