Sabtu 13 Nov 2021 19:01 WIB

IDAI: 1.346 Anak Indonesia Alami Diabetes Melitus Tipe 1

Sebagian besar kasus diabetes pada anak ialah diabetes melitus tipe 1.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Makanan untuk anak (ilustrasi). Populasi anak yang mengalami diabetes semakin meningkat dibandingkan 10 tahun lalu.
Foto: Republika/Prayogi
Makanan untuk anak (ilustrasi). Populasi anak yang mengalami diabetes semakin meningkat dibandingkan 10 tahun lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Angka kejadian diabetes meningkat di seluruh dunia hingga tercatat sebagai penyebab kematian nomor tiga. Bahkan, data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, peningkatan ini juga terjadi pada anak-anak.

Populasi anak yang mengalami diabetes semakin meningkat dibandingkan 10 tahun lalu. Angkanya naik sekitar tujuh sampai 10 kali lipat.

Baca Juga

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia, dr Piprim B. Yanuarso SpA(K), mengatakan ada dua jenis diabetes yang umumnya dialami oleh anak, yakni diabetes melitus (DM) tipe 1 dan tipe 2. Menurut data IDAI pada bulan Maret 2021, ada sekitar 1.282 anak di Indonesia menderita DM tipe 1.

"Namun, jumlah sebenarnya jauh lebih banyak dari itu, karena Indonesia memiliki kendala pencatatan. Ada pasien yang  tidak berobat atau justru keburu meninggal sebelum tiba di layanan kesehatan," ujarnya pada acara media briefing virtual mengenai "Update Penanganan Diabetes pada Anak beserta Teknologinya", yang diselenggarakan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Sabtu (13/11).

Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi IDAI, Dr Muhammad Faizi SpA(K), mengungkapkan, kasus pada anak-anak paling banyak ialah DM tipe 1. Sisanya, sekitar 10 persen dari total pasien anak di Indonesia, menderita DM tipe 2.

Data terbaru IDAI pada November 2021, terdapat 1.346 anak menderita diabetes. Sebanyak 167 anak menderita DM tipe 2, sisanya DM tipe 1.

DM tipe 1, menurut Faizi, terjadi karena tubuh kekurangan insulin akibat adanya kerusakan pada sel beta pankreas. Sementara itu, pada DM tipe 2, produksi insulin cukup, tapi tidak bisa bekerja dengan  baik.

"Hasilnya sama, yakni hiperglikemia atau kadar gula meningkat,” ungkapnya.

Faizi menjelaskan, DM tipe 1 sering kali hadir tanpa gejala. Tidak heran jika pasien sering datang terlambat ke layanan kesehatan.

"Pasien datang dalam kondisi sudah koma," kata Faizi.

Hal itu terjadi karena kurangnya pemahaman, baik dari orang tua maupun tenaga kesehatan. Sementara itu, DM tipe 2 gejalanya kurang tampak dan biasanya terjadi pada anak-anak obesitas dan anak yang kurang gerak.

"Sebanyak 60 sampai 70 persen anak-anak diabetes pernah alami kadar gula tinggi, koma, sesak napas, itu mengancam jiwa. Kondisi seperti ini mencerminkan bahwa ini adalah puncak gunung es, karena sebenarnya prevalensi di Indonesia lebih tinggi," paparnya.

Menurut Faizi, ada lima pilar mengatasi DM pada anak, yaitu pemberian insulin, pengaturan diet, aktivitas olahraga, monitoring kadar gula darah, dan edukasi. Executive Director International Pediatric Association (IPA), Prof Dr dr Aman Pulungan SpA(K) mengatakan, salah satu hal penting untuk diabetesi adalah insulin, terutama untuk anak DM tipe 1. Kendalanya, akses terhadap insulin masih rendah dan belum merata di Indonesia.

"Tanpa insulin anak meninggal kalau DM tipe 1. Anak juga meninggal akibat telat diagnosis,” ujar pria yang juga menjabat sebagai President Asia Pacific Pediatric Association (APPA) serta anggota Dewan Penasehat Physician International Society for Pediatric and Adolescent Diabetics (ISPAD) ini.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement