Selasa 16 Nov 2021 15:34 WIB

Segera Periksa Mata Begitu Terdiagnosis Diabetes

Penderita diabetes berisiko hingga 25 kali lipat mengalami kebutaan.

Penderita diabetes berisiko hingga 25 kali lipat mengalami kebutaan.
Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.
Penderita diabetes berisiko hingga 25 kali lipat mengalami kebutaan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mereka yang terdiagnosis diabetes disarankan segera memeriksakkan kondisi matanya pada dokter. Hal ini demi menghindari munculnya komplikasi pada organ mata yang bisa berujung pada kebutaan.

"Setiap begitu orang didiagnosis diabetes, segera periksakanmata supaya dicek (oleh dokter) semuanya seperti air matanya, tekanan bola matanya seperti apa, katarak, yang penting kontrol rutin ke dokter sehingga bisa menangani lebih dini," ujar Dokter Spesialis Mata dari Universitas Indonesia, Dr Referano Agustiawan, SpM(K), dalam diskusi daring, Selasa (16/11).

Baca Juga

Pada mereka yang terkena diabetes, risiko mengalami kebutaan meningkat hampir 25 kali lipat dibandingkan orang sehat. Mereka juga berisiko terkena masalah pada mata apabila gula darahnya tak terkontrol seperti mata kering, glaukoma dan neuropati diabetik.

"Komplikasi pada mata seperti dry eye memang semakin lama menderita diabetes, semakin tinggi risiko terkena seperti neuropati atau ada masalah di saraf mata," kata Rerefano.

Menurut Rerefano, seringkali penyandnag diabetes baru berkonsultasi dengan dokter bila sudah mengalami mata kering dengan kondisi parah. Begitu juga dengan glaukoma atau kondisi tekanan bola mata yang tinggi yang dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan kerusakan di saraf mata menyebabkan kebutaan. 

Glukoma pada tahap awal tidak bergejala semisal rasa sakit atau buram. Sementara pada kasus neuropati diabetik, pasien yang terdiagnosis di usia muda cenderung mengalami perburukan kondisi lebih cepat ketimbang bila baru terkena diabetes pada usia 50 atau 60 tahun. Referano mengatakan, pasien diabetes dengan riwayat penyakit sudah 20 tahun hampir 60 persennya mengalami neuropati diabetik.

"Makin muda usia apabila mengalami diabetes, makin berat perburukan diabetik neuropati dibandingkan apabila diabetes baru usia 50 tahun, 60 tahun. Diabetes bisa terjadi mulai dari anak kecil. Pasien termuda saya usia 16 tahun," demikian kata dia.

Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2020, jumlah penyandang diabetes terus meningkat di berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia. Prevalensi diabetes di Indonesia masih mencapai 6,2 persen dengan 10,681,400 kasus. 

Bahkan, menurut penelitian terbaru yang dilakukan tim penanggulangan COVID-19 di Indonesia, angka kematian pada pasien diabetes yang terinfeksi COVID-19 lebih tinggi 8,3 kali lipat daripada masyarakat yang tidak menyandang diabetes.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement