Ahad 21 Nov 2021 11:45 WIB

Agama, Demokrasi & Politik Kekerasan: Sebuah Kritik Otentik

Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, meluncurkan buku terbarunya

Rep: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)/ Red: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)
Buku
Buku "Agama, Demokrasi dan Politik Kekerasan" Sebuah Kritik Otentik dan Elegan - Suara Muhammadiyah

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dalam rangka memperingati Milad Muhammadiyah ke-109, Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah meluncurkan buku terbarunya berjudul “Agama, Demokrasi dan Politik Kekerasan”. Buku ini merupakan kumpulan gagasan Haedar Nashir yang pernah dipublikasikan di harian Republika sejak tahun 2000 sebagai buah tangan Milad Muhammadiyah ke-109 Masehi.

Menurut Deni Asy’ari, Direktur Suara Muhammadiyah mengatakan bahwa ada dua catatan penting dari buku yang ditulis mantan Ketua Divisi Perkaderan PP IPM tersebut. Pertama dari sosok penulisnya, beliau merupakan tokoh yang senantiasa melahirkan gagasan yang otentik. Mengaktualisasikan gagasan-gagasan penting tersebut kepada seluruh warga bangsa.

Catatan penting kedua, pasca terjadinya perang dunia pertama menjamur negara-negara demokrasi. Tidak menutup kemungkinan bahwa negara-negara demokrasi tersebut kembali berevolusi menjadi negara otoriter. Buku ini mengupas tuntas tantangan demokrasi yang sedang dihadapi negara-negara demokrasi seperti Indonesia yang mana memungkinkan menjadi otoriter.

“Buku ini sangat penting untuk dibaca karena ada beberapa aspek penting yang menjadikan buku ini sangat istimewa, seperti penulis yang tidak perlu diragukan lagi jam terbangnya, serta gagasan-gagasannya yang selalu aktual dan otentik,” ujar Deni Asy’ari saat memberikan sambutan dalam launching buku yang bertempat di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta (16/11).

Irfan Junaidi, Pimpinan Redaksi Republika memberikan testimoni pada buku yang ditulis Guru Besar Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu. Menurutnya tidak hanya otentik, namun juga elegan. Penulis mampu memposisikan tulisannya dalam jalur moderat serta melihat seluruh permasalahan secara multiperspektif dan interkoneksi. “Moderasi yang dihadirkan dalam buku ini merupakan jalan tengah yang bisa kita tapaki bersama. Mengandung khazanah yang kaya dan wajib kita nikmati oleh siapa saja. Tawaran jalan tengah ini juga disampaikan oleh penulis dengan cara elegan,” ungkap Irfan. (diko)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement