Tujuh ribu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di seluruh Australia menjual sekitar 90 juta liter bensin setiap harinya. Pekerja SPBU juga mencapai 55 ribu orang.
Tapi dalam 10-20 tahun mendatang, kebutuhan konsumen untuk bahan bakar mobil akan semakin berkurang atau bahkan bisa jadi tidak memerlukannya lagi.
Dengan semakin banyaknya produksi mobil listrik di dunia, pelanggan pun akan mulai meninggalkan SPBU.
"Banyak kepanikan yang terjadi saat ini," kata Stavros Yallouridis, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Motor dan Mobil di negara bagian New South Wales dengan ibu kota Sydney.
Namun ada juga yang masih merasa optimistis, seperti yang dikatakan Mark McKenzie, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha SPBU Australia.
Menurutnya SPBU nantinya akan mampu beradaptasi dengan perubahan.
Jadi bagaimana masa depan SPBU di Australia dan di negara lainnya?
80 Persen tidak akan alami untung di tahun 2035
Untuk bisa bertahan, SPBU harus berubah.
Di tahun 2019, riset pasar yang dilakukan perusahaan konsultan Boston Consulting Group (BCG) menemukan ketika nanti semua mobil bertenaga listrik, maka SPBU tak bisa lagi mendapat keuntungan dari jual bensin.
Dalam skenario terburuk, diramalkan di tahun 2025 ada sekitar 60-80 persen SPBU yang tak lagi mendapat untung kecuali mereka mengubah model bisnisnya.
"
"Ini perubahan besar dan saya kira semua SPBU harus berpikir dengan hati-hati dan bersiap diri," kata Anita Oh, direktur pelaksana BCG.
"
"Namun ini juga jadi adalah kesempatan besar."
Namun pertanyaan besarnya: jika warga tak lagi beli bensin, siapa yang akan datang ke SPBU?
Uji coba yang dilakukan di Australia menunjukkan 80 persen warga mengisi baterai listrik di mobil mereka di rumah.
SPBU tidak akan lagi memonopoli energi untuk transportasi, bahkan mengisi listrik di luar rumah bisa dilakukan di supermarket ketika kita berbelanja.
Salah satu restoran makanan cepat saji di Australia, Hungry Jack's, sudah memasang fasilitas 'charging' untuk mobil listrik di gerai mereka.
Anita Oh dari BCG mengatakan para pemilik SPBU menyadari adanya perubahan tersebut.
"Dalam beberapa tahun terakhir pembicaraan mengenai akan berakhirnya SPBU sudah mulai sering terdengar."
"Namun beberapa orang masih mengatakan hal itu tidak akan terjadi."
Tapi pembicaraan ini sebenarnya bukanlah hal yang baru.
Dalam pertemuan tahunan di Sunshine Coast (Queensland) di tahun 2015, industri SPBU pernah membicarakan soal kehadiran mobil listrik.
Saat itu baru beberapa ribu mobil listrik saja yang terjual dan sudah ada paparan soal perlunya pengusaha SPBU membuka pikiran mereka untuk mempertimbangkan saat mobil listrik jadi barang biasa.
Mereka bertanya, dalam 20 tahun ke depan, apakah orang-orang akan berhenti datang ke SPBU? Jawabannya tidak karena SPBU akan jadi 'community hub'.
SPBU bisa menjadi tempat orang bekerja, mengadakan pertemuan, gudang bagi pembelian online atau pusat perbelanjaan.
Enam tahun kemudian, dugaan tersebut semakin mendekati kenyataan.
Menurut perkiraan Pemerintah Australia, di tahun 2030 nanti sekitar 30 persen dari mobil yang terjual adalah mobil listrik dengan harga yang akan semakin murah dan fasilitas pengisian listrik yang tersedia di mana-mana.
Mark McKenzie dari industri SPBU yang menggagas pertemuan di tahun 2015 mengatakan pendapat anggota pelaku industri terpecah jadi dua.
"Beberapa orang berpendapat ini tidak akan terjadi, semasa hidup mereka," katanya.
"Yang lain mengatakan kita harus berubah, kita tidak mau ketinggalan nantinya."
BBM akan semakin ditinggalkan: Ampol
Salah satu perusahaan yang mempersiapkan diri untuk berubah adalah Ampol, yang memiliki sekitar 2.000 ribu SPBU di seluruh Australia.
Matthew Halliday, Direktur eksekutif Ampol, mengatakan mereka baru-baru ini mengaji kembali kebijakaan terkait SPBU dan keberadaan mobil listrik.
"Sejak pertengahan tahun lalu, kami mulai serius memfokuskan diri pada masalah kehadiran mobil listrik," katanya.
"
"Jelas sekali BBM akan semakin kurang diperlukan. Kami ingin memposisikan bisnis kami untuk berperan dalam mengubah aset, sehingga bisa tetap mendistribusikan energi ke pelanggan di masa depan."
"
Jadi apa solusinya?
Ampol berencana SPBU-nya di seluruh Australia akan menjadi tempat untuk pengisian listrik bagi mobil listrik, sambil juga menjual bahan bakar hidrogen, menjual barang keperluan sehari-hari, kafe dan restoran, serta untuk mendistribusikan produk-produk yang tersedia online.
Bulan Juli lalu, Ampol mengumumkan akan memasang 400 fasilitas 'charger' cepat di 121 SPBU, sebagai bagian dari persetujuan pendanaan sebesar Rp70 miliar dengan Badan Energi Terbarukan Australia.
SPBU di pusat-pusat kota yang padat penduduk atau berada di jalur sibuk mungkin yang paling bisa bertahan karena bisa menyediakan fasilitas 'charger'.
Sementara SPBU di pinggiran kota akan harus bersaing dengan warga yang melakukan pengisian listrik di rumah sendiri.
SPBU yang juga berfungsi sebagai toko yang menjual kebutuhan sehari-hari sebenarnya sudah menjadi tren sejak tahun 1990-an.
Jadi akan berapa banyak SPBU yang akan berubah fungsinya dalam 20 tahun mendatang?
"Masih banyak hal yang belum pasti soal ini," kata Matthew.
SPBU di Norwegia sudah berubah bentuk
Seperti apa SPBU di masa depan sudah terlihat di Norwegia.
Berbicara dari Oslo, Asosiasi Industri Mobil Listrik Norwegia, Snorre Sleetvold, mengatakan SPBU di negaranya belum ditutup sama sekali.
"Mereka memfokuskan diri pada pembangunan stasiun energi masa depan, mereka berubah dari SPBU menjadi stasiun penyedia energi."
"Mereka membangun gedung di mana kita bisa menunggu saat mobil diisi listrik selama 40 menit, juga ada restoran atau tempat untuk bekerja."
Kebanyakan mobil di Norwegia masih menggunakan bensin atau solar sehingga perubahan ke arah mobil listrik belum sepenuhnya dirasakan.
"Jumlah SPBU yang hanya menjual bensin akan turun drastis selama 10 tahun ke depan," kata Snorre.
"Perpindahan ke pengisian mobil listrik sudah dan akan terjadi. Jika tidak di tahun 2025, 2030, 2035, jadi pasti akan terjadi."
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News