REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengajak para ulama untuk fokus dalam melaksanakan tugas perbaikan umat.
Wapres mengingatkan, para ulama adalah penerus nabi yang memiliki tugas islahiyah untuk melakukan perbaikan kepada umat.
Untuk itu, dia berharap para ulama tidak terjebak pada aspek kekuasaan, yang menurutnya, bukan kewenangan manusia, tetapi kewenangan Allah ﷻ.
"Jadi itu bukan urusan kita, urusan kita langkah perbaikan. Kalau dulu umat Islam abad pertama mereka punya kekuasaan, ulama mengatakan kekuasaan itu merupakan kerja keras dalam rangka upaya perbaikan yang oleh Allah ﷻ kemudian diberi kekuasaan, bukan mereka mencari kekuasaan atau merebut kekuasaan," kata Wapres saat membuka Muktamar Nasional Rabithah Alawiyah ke-25 secara virtual, Jumat (3/12).
Dia mengatakan, perbaikan umat yang paling mendesak, ialah pertama tentang aqidah. Menurutnya, penguatan aqidah perlu dilakukan agar umat terhindar dari paham menyimpang.
"Penguatan akidah umat ini penting supaya tidak goyah, dan menjaga umat dari aqidah atau pemahaman menyimpang ini harus kita jaga terus," ungkapnya.
Kedua, perbaikan umat yang perlu dilakukan adalah pemberdayaan umat Islam. Pemberdayaan ini penting terutama dalam pendidikan maupun ekonomi agat umat Islam tidak lemah.
"Karena mukmin yang kuat itu lebih disukai Allahﷻ daripada mukmin yang lemah. Karena itu, kita lakukan penguatan di dalam rangka menjadikan umat Islam ini umat yang terbaik," ungkapnya.
Apalagi di tengah pandemi Covid-19 di mana semua sektor terdampak. Dia berharap penguatan ekonomi umat itu bersamaan dengan penguatan ekonomi syariah untuk membawa kemaslahatan umat.
"Dan sekarang ini kita sedang berjuang, pertama adalah kita menanggulangi Covid yang masih belum hilang, memang sudah turun tapi belum hilang karena itu kita tetap harus waspada menjaga umat ini," ujarnya.
Karena itu, Wapres berharap Muktamar Nasional Rabithah Alawiyah menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang akan membawa maslahat dan manfaat bagi umat.
"Kemaslahatan itu menurut ulama itu sesuatu yang melahirkan manfaat dan juga menghilangkan kemudaratan. Karena itu, tugas kita membangun maslahat dan menghilangkan mudarat," katanya.
Apa yang disampaikan Wapres senada dengan tema Muktamar Nasional Ke-25 Rabithah Alawiyah kali ini, yakni “Ukhuwah untuk Kejayaan Umat”.
"Sebuah tema yang tepat pada masa dimana tantangan ke depan terkait perubahan sosial dan lingkungan yang sedemikian cepat meniscayakan persatuan dan kesatuan yang bersifat kolaboratif agar dapat mengantisipasi dan melalui berbagai macam kemungkinan yang terjadi, serta mengatasi dampak negatif yang mungkin ditimbulkanny," ujar Ketua Umum Rabithah Habib Zen Bin Smith.
Rabithah Alawiyah memandang bahwa peran Organisasi Massa Islam yang merepresentasikan elemen masyarakat sangat krusial. Oleh karena itu, perhelatan mukhtamar lima tahunan ini dimaksudkan untuk melakukan konsolidasi organisasi dan transformasi kepemimpinan, yang utamanya bertujuan agar organisasi Rabithah Alawiyah mampu secara lincah beradaptasi dengan perkembangan yang cepat tersebut.
"Tentu melalui penyusunan program kerja yang berorientasi pada terwujudnya visi misi organisasi terkait kesejahteraan masyarakat baik dalam lingkup terbatas maupun umum," ujar Habib Zen.
Muktamar kali ini yang diadakan secara hibrid dan dihadiri oleh seluruh DPW dan DPC Rabithah Alawiyah se-Indonesia ini, juga akan menyoroti berbagai kondisi sosial-kemasyarakatan bangsa Indonesia yang berlangsung saat ini.
Diharapkan dari diskusi yang berlangsung di antara para muktamirin akan menghasilkan berbagai macam usulan rekomendasi dan solusi. Salah satu yang akan menjadi perhatian adalah masalah pemerataan dan keadilan sosial, ekonomi, dan hukum.
"Juga permasalahan degradasi moral yang terus menggerus generasi muda di satu sisi, serta di sisi lain adanya fakta bonus demografi usia produktif yang apabila dimanfaatkan dengan baik akan membawa kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, apabila tidak dikelola dengan benar akan membawa pada kemunduran," ujar Habib Zen.
Selaras dengan sambutan awapres, Habib Zen menilai kesenjangan sosial-ekonomi Umat Islam adalah persoalan fundamental yang mesti diselesaikan. Sebab pemerataan ini dinilai menjadi ancaman bagi persatuan dan kesatuan bangsa. "Momentum pascapandemi merupakan waktu yang tepat untuk kembali melakukan perubahan ke arah yang lebih baik," kata Habib Zen.