Sabtu 04 Dec 2021 09:22 WIB

Menunaikan Umrah Saat Ini Belum Tepat?

Biaya melakukan umrah di masa pandemi menjadi lebih panjang dan waktunya lama.

Jamaah umrah melakukan tawaf di tengah pandemi covid-19.
Foto: Saudigazette
Jamaah umrah melakukan tawaf di tengah pandemi covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembina Gabungan Pengusaha Haji-Umrah Nusantara (Ghapura), Muharom Ahmad, mengatakan sejujurnya saat ini bukan saat yang tepat bagi umat Islam Indonesia untuk melaksanakan ibadah umrah. Ini karena memang keadaan masih jauh dari masa normal hingga jamaah pasti akan mendapatkan berbagai pembatasan ketika melukan ibadah tersebut.

''Jujur,  meski saya juga pengusaha travel umrah, saat ini bukan saat tepat untuk melaksanakan umrah. Kondisinya masih tidak jelas. Dan ketika di tanah suci akan ada banyak keterbatasan. Kalaupun ingin tetap umrah pada saat ini, maka siapkan niat dan hati bahwa ibadah yang dilaksakan kali ini bukan terjadi di saat yang normal,'' kata Muharom, Sabtu (4/12).

Harap dipahami juga oleh para calon jamaah umrah Indonesia, lanjut Muharom, perbedaan suasana dan cara teknis beribadah kini sudah terjadi. Yang paling nyata berperngaruh langsung itu adalah soal kesiapan kesehatan, lama berumrah, hingga soal pembiayaan perjalanan ibadah.

''Sekarang akan ada ketentuan memakai vaksin tertentu bila tidak ingin menjalani karatina di Saudi. Ini makin rumit ketika ada munculnya virus Covid-19 jenis Omicron. Setelah itu bila dihitung lamanya berumrah hampir mencapai satu bulan. Ini jelas beda pada hari-hari normal yang lazimnya 10 hari dan 15 saja. Dan pemerintah pun sampai sekarang masih belum pasti mengijinkan kapan waktu jamaah umrah bisa ke tanah suci,'' tegasnya.

Menyinggung beberapa total dana yang harus disediakan jamaah bila 'ngebet' berumrah pada saat sekarang ini, Muharom mengatakan minimal harga paketnya menjadi dua kali lipat pada waktu yang normal.''Ini misalnya bila paket umrah yang paling murah di hari biasa yang mencapai Rp 17 juta, bila saat ini melakukan umrah dengan paket ini maka harganya akan mencapai sekitar Rp 30 juta. Itu paket umrah biasa lho,'' katanya.

Selain itu, pada sisi teknis melakukan ibadah umrah di tanah suci kali ini lebih rumit. Misalnya, jamaah tak bisa bebas lagi bolak-balik umrah atau berada di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi sepanjang waktu. Untuk umrah misalnya harus mendaftar pada aplikasi khususnya umrah di Sadui, misalnya 'Tawakalna'.

''Nanti kalau sudah mengakses dan dapat notifikasi persetujuan dari pihak yang berwenang melalui aplikasi ini, maka baru bisa berumrah hingga masuk ke dalam Masjidil Haram untuk mengerjakan segala rangkaian ibadah. Setelah seleasi, maka jamaah juga tak bisa duduk santai di Masjidil Haram seperti biasanya, tapi mereka harus ke luar untuk kembali ke hotel,'' katanya.

''Selama tinggal di hotel juga diatur ketat. Misalnya hanya bisa makan di dalam hotel. Sekarang lebih lumayan, pada awal pandemi lalu malah hanya boleh makan memakai nasi kotak yang disediakan hotel dan dikirim ke kamar jamaah. Penghuni kamar pun tidak bisa berjejalan seperti dahulu. Makan di luar juga tak leluasa karena harus pula mentaati aturan protokol kesehatannya Saudi,'' kata Muharom lagi.

Dengan kata lain, lanjut Muharom, pihaknya berani menyatakan menunaikan umrah di saat ini perlu kesiapan mental dan dana yang ekstra. "Bayangkan lama waktu berumrah sekarang  ini seperti hanya melakukan haji di hari biasa. Melihat suasana ini, maka saya merasa orang Indonesia  yang saat ini berangkat umrah adalah 'orang khusus'. Mereka adalah orang yang punya duit yang lebih dan punya juga waktu yang panjang untuk meninggalkan pekerjaan atau bisnisnya. Ini karena pergi berumrah menjadi mahal dan butuh waktu yang relatif lama,'' kata Muharom mengandaikan.

Tak hanya itu, ujar Muharom, para jamaah umrah yang pada masa normal kebanyakan dari warga dengan tingkat ekonomi biasa, pasti saat ini lebih memikirkan hal lain yang lebih perlu misalnya biaya hidup sehari-hari, pendidikan anak, dan hingga membantu kerabatnya yang mengalami kesusahan akibat pandemi.

''Maka di sini saya yakin, meski nanti sudah ada kelonggaran, jumlah orang berangkat umrah belum sebanyak biasa. Saya pikir jumlahnya hanya 5-7 persen dari jumlah jamaah umrah di masa normal dahulu yang bisa mencapai 1 juta orang per tahun. Jumlah jamaah akan pluie seiring dengan membaiknya ekonomi negara dan meredanya pandemi,'' pungkas Muharom.

sumber : muhammad subarkah
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement