REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serikat pekerja PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) buka suara mengenai rekaman video jajaran direksi Transjakarta menonton "belly dance" atau tari perut saat rapat kerja yang melalui dunia maya.
Kuasa hukum serikat pekerja Transjakarta Ade Derajat Martadikusuma menyampaikan bahwa narasi dalam video mengenai jajaran direksi menyaksikan tari perut saat rapat kerja itu tidak benar.
"Kami sangat menyayangkan kejadian tersebut direkam dan dipublikasikan dengan narasi yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya," kata Ade Derajat Martadikusuma di Cawang, Jakarta, Jumat.
Ade menambahkan video tersebut merupakan kejadian yang sudah lama dan direkam sekitar 2020 di salah satu restoran kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Video itu merupakan diskusi antara jajaran direksi dengan empat pengurus serikat pekerja Transjakarta membahas permasalahan yang berkembang pada saat itu dan pertemuan itu dilakukan di luar jam kerja.
"Saya tekankan lagi tidak benar ada pihak operator bus yang ikut dalam rapat itu," ujar Ade.
Terkait kehadiran penari perut, dia menyampaikan bahwa itu memang sudah disediakan oleh pihak restoran untuk menghibur para pengunjung yang datang bukan dikhususkan untuk pegawai Transjakarta.
"Semua yang hadir dalam pertemuan itu tidak mengetahui bahwa restoran tersebut menyediakan belly dance, dan penari tersebut muncul secara tiba-tiba untuk menghibur seluruh pengunjung restoran, bukan dikhususkan untuk direksi dan pegawai TransJakarta," ujar Ade.
Dia juga menyesalkan video tersebut dikaitkan dengan serangkaian kejadian kecelakaan yang terjadi pada Transjakarta belakangan ini. "Kami mengapresiasi dan mendukung langkah-langkah upaya evaluasi serta perbaikan yang dilakukan oleh Direksi Transjakarta dengan melibatkan KNKT serta Dirlantas Polda Metro Jaya," tutur Ade.