REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tagar #AllegriOut sempat trending di Italia via Twitter. Sebagian penggemar Juventus menyerukan pemecatan Massimiliano Allegri setelah awal yang buruk di Serie A musim ini. Namun, ada beberapa alasan mengapa hal itu bakal sulit terwujud, seperti laporan Football Italia, Ahad (12/12).
Bianconeri merasakan tekanan menyusul hasil imbang 1-1 melawan tim promosi Venezia, yang membuat mereka berada di posisi keenam dan jauh dari empat besar. Kegagalan untuk mengamankan tempat di Liga Champions akan membuat musim ini menjadi bencana total bagi Nyonya Tua, belum lagi secara finansial serta hasil olahraga.
Namun, tidak ada saran bahwa Allegri bisa dikorbankan dari kursi pelatih Bianconeri, karena posisinya yang kokoh. Ini periode kedua Allegri di Turin setelah 2014-2019, ketika ia dipecat meski memenangkan lima gelar Serie A berturut-turut dan mencapai final Liga Champions dua kali. Keputusan itu dipercaya dilakukan oleh Fabio Paratici dan Pavel Nedved, yang meyakinkan Presiden Andrea Agnelli bahwa mereka membutuhkan gaya sepak bola yang lebih menarik.
Eksperimen itu gagal, ketika Maurizio Sarri memenangkan Scudetto dan Andrea Pirlo mendapatkan Coppa Italia. Kedua pelatih itu mengeluhkan para pemain tidak cocok dengan pendekatan menyerang mereka dan enggan beradaptasi.
Agnelli tampaknya menyadari bahwa hasil adalah yang terpenting dan gaya bukanlah sesuatu yang pernah ada dalam DNA Juventus. Agnelli kemudian memanggil kembali Allegri dan menyodorkannya kontrak jangka panjang yang berlaku hingga Juni 2025.
Kesepakatan itu bernilai besar dan memecatnya akan sangat sulit secara finansial, terutama di awal kontrak ini. Jadi, saat beberapa fan Juventus menyerukan #AllegriOut, itu akan sulit terwujud.