REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Seseorang yang berada dalam penerbangan bersama Perdana Menteri Israel Naftali Bennett telah dinyatakan positif Covid-19. Kantor perdana menteri pada Selasa (14/12) mengatakan, Bennett kembali ke Israel pada Senin (13/12) dari perjalanan selama dua hari ke Uni Emirat Arab (UEA).
Kantor Bennett tidak merinci siapa orang yang positif Covid-19 tersebut. Sejak kembali ke Israel dari kunjungan ke UEA, Bennett menjalani karantina selama tiga hari.
Berdasarkan peraturan Kementerian Kesehatan, semua pendatang dari luar negeri harus menjalani karantina termasuk mereka yang sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19. Bennett dijadwalkan menjalani tes virus korona pada Rabu (15/12). Jika hasilnya negatif, Bennett tidak lagi menjalani karantina.
Rencananya Bennett akan mengajak wartawan Israel dan wartawan asing dalam kunjungan pertamanya ke UEA. Tetapi sehari sebelum keberangkatan, wartawan gagal berangkat karena kekhawatiran varian omicron. Rombongan delegasi yang berangkat bersama Bennett juga dikurangi.
Sejak strain omicron muncul, Israel telah menutup perbatasan untuk pelancong asing dan membatasi orang Israel yang terbang ke luar negeri. Israel telah melarang perjalanan ke semua negara Afrika, dan memberlakukan persyaratan karantina untuk semua pelancong.
Perjalanan Bennett minggu ke UEA memperkuat perjanjian normalisasi yang ditandatangani oleh kedua negara di bawah Abraham Accord yang ditengahi Amerika Serikat (AS). Israel juga menormalkan hubungan dengan Bahrain, Sudan dan Maroko.