Rabu 15 Dec 2021 15:19 WIB

Impor Melonjak, BPS: Daya Beli Masyarakat dan Geliat Industri Membaik

Nilai impor November 2021 tercatat sebesar 19,33 miliar dolar AS.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (22/7). Kinerja impor barang sepanjang November 2021 mengalami lonjakan bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (22/7). Kinerja impor barang sepanjang November 2021 mengalami lonjakan bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja impor barang sepanjang November 2021 mengalami lonjakan bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Badan Pusat Statistik (BPS) menilai, lonjakan impor tersebut menunjukkan adanya tren pemulihan baik dari sisi daya beli masyarakat maupun kegiatan industrialisasi domestik.

Kepala BPS, Margo Yuwono, menyampaikan, nilai impor November 2021 tercatat sebesar 19,33 miliar dolar AS. Naik 18,62 persen secara bulanan (mtm) sekaligus melonjak 52,62 persen jika dibandingkan bulan yang sama tahun lalu (yoy).

Baca Juga

"Total impor maupun impor nonmigas menunjukkan peningkatan dari dua tahun sebelumnya," kata Margo dalam konferensi pers, Rabu (15/12).

Kendati impor meningkat, bukan berarti terdapat sinyal negatif terhadap perekonomian dalam negeri. Dilihat berdasarkan penggunaan barang, BPS mencatat impor barang konsumsi mencapai 2 miliar dolar AS, naik 25,89 persen mtm dan 53,84 persen yoy.

Adapun impor barang konsumsi yang mengalami kenaikan cukup tinggi yakni seperti produk sayuran dan buah-buahan serta produk farmasi. "Impor konsumsi yang naik mengindikasikan daya beli masyarakat semakin membaik," katanya menambahkan.

Sementara itu, nilai impor bahan baku tercatat tembus hingga 14,33 miliar dolar AS. Nilai itu meningkat 16,41 persen mtm dan 60,49 persen yoy. Sementara impor barang modal mengalami mencapai 3 miliar dolar AS. Margo mengatakan impor barang modal naik 25,17 persen mtm dan juga naik 23,09 persen yoy.

"Impor bahan baku dan barang modal ini menunjukkan sektor-sektor industri sudah meningkatkan kapasitas produksinya untuk lebih bagus lagi. Ini menunjukkan pemulihan ekonomi sudah mulai terjadi," kata Margo.

Apalagi, struk impor juga didominasi oleh impor bahan baku sebesar 74,14 persen dari total nilai impor. Kemudian diikuti barang modal 15,51 persen dan terakhir impor konsumsi 10,35 persen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement