Rabu 15 Dec 2021 17:37 WIB

Kenaikan Impor Jadi Sinyal Positif Ekonomi Domestik

Tren kenaikan impor juga diproyeksi akan bertahan hingga awal tahun 2022.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Calon penumpang mengamati suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (15/11). Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Teuku Riefky, mengatakan, nilai impor yang tembus 19,33 miliar dolar AS pada bulan lalu menjadi indikasi baik.
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Calon penumpang mengamati suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (15/11). Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Teuku Riefky, mengatakan, nilai impor yang tembus 19,33 miliar dolar AS pada bulan lalu menjadi indikasi baik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kenaikan impor yang cukup tajam sepanjang November dinilai menjadi sinyal positif bagi ekonomi domestik di akhir tahun ini. Tren kenaikan impor juga diproyeksi akan bertahan hingga awal tahun 2022 mendatang.

Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Teuku Riefky, mengatakan, nilai impor yang tembus 19,33 miliar dolar AS pada bulan lalu menjadi indikasi baik. Nilai itu naik Naik 18,62 persen secara bulanan (mtm) sekaligus melonjak 52,62 persen jika dibandingkan bulan yang sama tahun lalu (yoy).

Baca Juga

"Ini karena sebagian besar peningkatannya disumbang dari bahan baku dan barang modal. Jadi kebutuhan-kebutuhan produksi itu yang meningkatkan impor," kata Riefky saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (15/12).

Diketahui, nilai impor bahan baku tercatat tembus hingga 14,33 miliar dolar AS. Nilai itu meningkat 16,41 persen mtm dan 60,49 persen yoy. Sementara impor barang modal mengalami mencapai 3 miliar dolar AS. BPS mengatakan impor barang modal naik 25,17 persen mtm dan juga naik 23,09 persen yoy.

Riefky mengatakan, tingginya kenaikan impor itu juga yang menyebabkan adanya penurunan surplus dagang pada November. Surplus dagang November 2021, tercatat 3,51 miliar dolar AS atau menurun dari bulan sebelumnya yang mencapai 5,7 miliar dolar AS.

"Ekspor kita memang masih naik tapi tidak sebesar bulan-bulan sebelumnya. Namun impor naiknya lumayan drastis makanya capaian surplus dagang turun," kata dia.

Pada Desember 2021, Riekfy memproyeksi nilai impor akan kembali mengalami kenaikan. Sebab, momen Natal dan Tahun Baru menjadi faktor musiman yang meningkatkan kebutuhan barang konsumen dan memicu kenaikan impor.

Adapun pada awal 2022 mendatang impor bahan baku dan barang modal diproyeksi masih tetap kuat. Hal itu dipicu oleh tren pertumbuhan ekonomi domestik yang terus meningkat didorong oleh aktifnya kegiatan industri dan kepercayaan konsumen di dalam negeri.

"Kita masih melihat sentimen positif pada awal tahun depan," katanya.

Kepala BPS, Margo Yuwono, menyampaikan, nilai impor November 2021 tercatat sebesar 19,33 miliar dolar AS. Naik 18,62 persen secara bulanan (mtm) sekaligus melonjak 52,62 persen jika dibandingkan bulan yang sama tahun lalu (yoy).

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement