REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Emas menguat sehingga kembali bertengger di atas level psikologis 1.800 dolar AS per ounce pada akhir perdagangan Jumat (17/12) atau Sabtu (18/12) pagi WIB. Ini merupakan kenaikan mingguan pertama dalam lima pekan terakhir karena kekhawatiran atas lonjakan Omicron dan inflasi yang panas mendorong investor beralih ke aset-aset safe-haven.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, naik 6,7 dolar AS atau 0,37 persen menjadi ditutup pada 1.804,90 dolar AS per ounce. Emas spot juga menguat 0,2 persen menjadi diperdagangkan di 1.802,12 dolar AS per ounce pada pukul 18.56 GMT.
Emas naik sekitar 1,1 persen untuk minggu ini. Sehari sebelumnya, Kamis (16/12), emas berjangka melonjak 33,7 dolar AS atau 1,91 persen menjadi 1.798,20 dolar AS setelah tergelincir 7,8 dolar AS atau 0,44 persen menjadi 1.764,50 dolar AS pada Rabu (15/12), dan jatuh 16 dolar AS atau 0,89 persen menjadi 1.772,30 dolar AS pada Selasa (14/12).
Ekuitas jatuh secara keseluruhan, tertekan oleh pergerseran ke sikap lebih hawkish oleh bank-bank sentral global yang ingin menjinakkan kenaikan tekanan harga dan risiko ekonomi yang ditimbulkan oleh meningkatnya kasus Covid-19."Pertumbuhan akan melambat di kuartal berikutnya, dan ekuitas AS terkoreksi dari level tertingginya, sehingga tampaknya ada kepanikan dari ekuitas beralih ke aset safe-haven seperti emas dan perak," kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago.
Namun, keuntungan emas lebih lanjut dibatasi karena indeks dolar AS naik tajam pada Jumat (17/12).Hasil pertemuan Federal Reserve AS telah menjadi "awan besar ketidakpastian" atas logam mulia dan sekarang fokusnya adalah pada data tenaga kerja, kata Streible.
The Fed pada Rabu (15/12) mengisyaratkan tiga kenaikan suku bunga hingga akhir 2022, sebuah langkah yang biasanya akan membebani emas karena suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.Tetapi logam bergerak lebih tinggi karena prospek kenaikan suku bunga telah diperkirakan pasar sebelum pengumuman, kata para analis.
Keuntungan emas datang meskipun terjadi arus masuk ke dolar, yang juga dianggap sebagai penyimpan nilai yang aman selama ketidakpastian geopolitik. "Tetapi prospeknya untuk tahun 2022 tetap dikaburkan dengan sebagian besar perkiraan emas bearish didorong oleh ekspektasi untuk imbal hasil riil yang lebih tinggi secara tajam," papar analis Saxo Bank, Ole Hansen dalam sebuah catatan.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 4,8 sen atau 0,21 persen, menjadi ditutup pada 22,533 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari naik 5,6 dolar AS atau 0,6 persen, menjadi ditutup pada 934,50 dolar AS per ounce.