REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengikuti pertemuan darurat tentang situasi Afghanistan dengan para Menlu Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Islamabad, Ahad (19/12) waktu setempat. Dalam pertemuan tersebut, Retno mendesak OKI menunjukkan solidaritas dan mengambil tindakan nyata untuk mencegah krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Afghanistan.
"Pertemuan OKI ini merupakan momentum yang baik untuk menangani tiga isu sebagai satu kesatuan, pertama OKI harus dapat memobilisasi dukungan dan sumber daya untuk menangani krisis kemausiaan di Afghansitan," ujar Menlu Retno dalam keterangan persnya pada Ahad (19/12) malam waktu Jakarta.
Dalam hal ini, Indonesia siap berkontribusi seperti memberikan bantuan makanan yang tengah dikoordinasikan dengan badan PBB yang berada di lapangan. Kedua, dalam pertemuan tersebut, Retno menyampaikan pentingnya membuat satu peta jalan mengenai upaya memenuhi komitmen yang ditawarkan Taliban sejak menduduki kursi pemerintahan Afghanistan.
"Saya tekankan, semua inisiatif OKI akan sulit diimplementasikan tanpa adanya kemajuan yang signifikan dari Taliban untuk memenuhi janji-janjinya," tegas Retno. "Pendekatan Help Us to Help You dengan Taliban harus dilakukan," ujarnya menambahkan.
Setelah menguasai pemerintahan Afghanistan pada 15 Agustus, Taliban berjanji membentuk pemerintah yang inklusif. Taliban berjanji menghormati hak asasi manusia, termasuk hak perempuan dan anak-anak perempuan, serta tidak menjadikan Afghanistan sebagai tempat pelatihan dan berkembangnya terorisme.
Retno mengatakan, OKI juga dapat berperan sebagai jembatan dengan negara donor. Oleh karenanya, sebuah peta jalan bantuan kemanusiaan dan pengaliran kebutuhan keuangan dapat dibahas dengan donor di berbagai pihak terkait.
"Saya tekankan kembali, tiga hal ini sangat penting artinya bagi terciptanya Afghanistan yang damai, stabil, dan sejahtera," kata Retno.
USG on Humanitarian Affairs and Emergency Relief Coordinator (UNOCHA), Martin Griffiths mencatat situasi kemanusiaan di Afghanistan sangat memprihatinkan diantaranya, 23 juta rakyat Afghanistan menghadapi ancaman kelaparan, fasilitas kesehatan dipenuhi anak-anak yang kekurangan gizi, dan 70 persen guru tidak mendapatkan gaji dan jutaan anak dikhawatirkan tidak dapat sekolah.
"Untuk itu OKI memiliki tanggung jawab moral…dan mengambil langkah konkrit membantu rakyat Afghanistan," kata Retno. Pertemuan Extraordinary para Menlu OKI mengenai situasi kemanusiaan di Afghanistan diikuti setidaknya 24 di tingkat Menteri Luar Negeri dan Wakil Menteri.
Selain membicarakan Afghanistan, pertemuan membahas soal Palestina. Dalam hal ini, pertemuan menghasilkan satu outcome document yang menekankan kembali dukungan OKI terhadap perjuangan kemerdekaan rakyat Palestina.