REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi membantah laporan media tentang Riyadh yang akan impor pohon Natal dan pakaian Sinterklas. Otoritas Zakat, Pajak, dan Bea Cukai Arab Saudi mengatakan bahwa dilarang mengimpor pohon Natal atau tanda-tanda keagamaan selain Islam.
Pernyataan itu muncul sebagai tanggapan atas pertanyaan oleh pengguna Twitter tentang apakah pohon Natal sekarang diizinkan masuk ke kerajaan? Pertanyaan ini muncul usai beberapa media, seperti timesofisrael, melaporkan penjualan pernak-pernik Natal di toko suvenir Arab Saudi.
Dalam laporan yang diterbitkan 21 Desember itu, timesofisrael menyatakan beberapa toko menjual berbagai macam kebutuhan Natal dengan secara terbuka. Bahkan penjualan itu tidak hanya berlaku untuk Natal saja, tetapi momen-momen lainnya seperti Halloween.
Orang asing Kristen yang bekerja di Arab Saudi, terutama dari Lebanon dan Filipina, terbiasa merayakan Natal secara tertutup. Namun, Arab Saudi telah melihat sejumlah perubahan sosial, budaya, dan ekonomi yang cepat dalam beberapa tahun terakhir, yang diprakarsai oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Walau pada 2018, Otoritas Zakat, Pajak dan Bea Cukai Arab Saudi sudah memperingatkan di Twitter bahwa pohon Natal dilarang memasuki negara itu. Selama beberapa dekade pun, penjualan Natal sebagian besar dilakukan secara tertutup. "Sangat sulit untuk menemukan barang-barang Natal di kerajaan itu," kata ekspatriat Lebanon yang berbasis di Riyadh bernama Mary.