Kamis 30 Dec 2021 19:51 WIB

Petani Rotan di Kotim Keluhkan Harga Anjlok

Akibat larangan ekspor petani rotan mengandalkan permintaan dari industri Tanah Air.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Anyaman rotan (ilustrasi). Petani rotan di Kotim keluhkan anjloknya harga rotan.
Foto: ANTARA FOTO/Jojon
Anyaman rotan (ilustrasi). Petani rotan di Kotim keluhkan anjloknya harga rotan.

REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT -- Petani dan pengepul rotan di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, mengeluhkan anjloknya harga rotan mentah dalam sebulan terakhir karena sangat terasa berimbas terhadap pendapatan mereka. "Harga tertinggi November lalu Rp 7.000/kilogram. Awal Desember turun menjadi Rp 5.500/kg. Akhir Desember anjlok ke harga Rp 4.000/kg. Kemungkinan terus turun ke harga normal Rp 3.500/kg. Ini khusus rotan taman budidaya," kata pemilik kebun yang juga pengepul rotan di Kecamatan Kota Besi, Dahlan Ismail, Kamis (30/12).

Selama ini petani rotan di Kotawaringin Timur menjual hasil panen dalam bentuk rotan mentah kepada pembeli dari luar daerah. Hal itu lantaran permintaan rotan mentah untuk kerajinan rotan di daerah ini sangat sedikit.

Baca Juga

Sektor rotan di daerah ini sempat terpuruk setelah pemerintah memberlakukan larangan ekspor rotan mentah sejak akhir 2011 lalu. Kebijakan itu sangat berdampak karena sebelumnya permintaan rotan dari luar negeri cukup tinggi karena rotan Kotawaringin Timur dinilai sangat berkualitas, bahkan disebut merupakan yang terbaik di dunia. Akhirnya petani rotan hanya mengandalkan permintaan dari industri rotan dalam negeri yang jauh lebih sedikit dibanding saat ekspor masih diperbolehkan.

Sektor rotan mulai bangkit meski tidak seperti semula. Namun kini, harga komoditas hasil budidaya ini kembali anjlok. Harga jual rotan mentah saat ini membuat petani dan pengepul rotan menjerit dan kembali berada pada posisi sulit.

Dahlan mengatakan, pengepul berupaya tetap membeli rotan hasil panen petani dengan harapan harga kembali stabil. Ini sebagai bentuk tanggung jawab moral terhadap petani yang selama ini menjadi mitra mereka.

Namun di sisi lain, Dahlan juga tidak mungkin menampung rotan mentah dari petani dalam jumlah besar. Jika terlalu lama disimpan maka akan terjadi penyusutan dan kualitas rotan menurun sehingga harga jual nantinya juga bisa merosot.

Jika ini terus terjadi, dikhawatirkan sektor rotan akan kembali terpuruk. Dampaknya akan sangat besar terhadap petani dan pelaku bisnis rotan seperti yang pernah terjadi saat awal diberlakukannya larangan ekspor rotan mentah.

Dahlan berharap kondisi saat ini hanya imbas musim perayaan Natal dan Tahun Baru sehingga permintaan juga berkurang. Ada kekhawatiran lesunya harga jual rotan ini akan terjadi hingga perayaan Imlek pada Februari nanti.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement