Selasa 04 Jan 2022 20:35 WIB

Investasi China Jadi Batu Sandungan Hubungan AS dan Israel

Israel janji melaporkan kepada AS mengenai perkembangan kesepakatan dengan China

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Bendera Israel dan Amerika Serikat
Foto: AP Photo/Sebastian Scheine
Bendera Israel dan Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Hubungan sekutu antara AS dan Israel terganggu dengan sejumlah investasi China. Demi memuaskan AS, Israel berjanji kepada pemerintahan Amerika Serikat (AS) untuk terus melaporkan perkembangan mengenai kesepakatan dengan China. Israel juga siap untuk memeriksa kembali perjanjian investasi dengan China jika Washington mengajukan penentangan.

Surat Kabar Haaretz melaporkan pada Senin (3/1/2022), bahwa Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan membahas masalah ini dengan Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid selama kunjungan ke Israel pekan lalu. Hal itu juga dibicarakan dalam pertemuan sebelumnya di Washington.

Baca Juga

Baca: Media Pro-Demokrasi Ditutup, Hong Kong Bungkam Kebebasan Pers?

Pemerintah Biden memang belum membuat tuntutan khusus untuk Israel mengenai hubungannya dengan China. Namun, Israel telah mulai mengadakan diskusi tentang masalah yang bertujuan untuk menyesuaikan kebijakannya untuk lebih memuaskan AS.

Sumber yang tidak disebutkan namanya di pemerintahan Biden mengatakan kepada Haaretz bahwa belum lama ini pihak AS menyampaikan pesan kepada pejabat senior Israel. Mereka kemudian menguraikan kekhawatiran atas investasi China dalam proyek infrastruktur Israel dan di industri teknologi negara itu.

Israel telah meminta AS untuk menawarkan perusahaan alternatif yang dapat bekerja dengannya daripada perusahaan China. Namun, negara itu masih mengambil pendekatan bisnis yang dikatakan seperti biasa dengan Beijing.

"Israel juga terbuka untuk mempromosikan inisiatif bersama dengan India dan Uni Emirat Arab," kata laporan Haaretz dikutip laman Middle East Eye, Selasa (4/1).

Baca: Arab Saudi Siap Berdialog dengan Iran demi Keamanan Regional

Investasi China di Israel

AS telah menyatakan keprihatinan mengenai peningkatan hubungan ekonomi Israel dengan China. Negara tirai bambu itu telah mengembangkan sejumlah proyek infrastruktur di Israel, termasuk air, pelabuhan dan transportasi, sebagai bagian dari Belt and Road Initiative (BRI) yang membentang lebih dari 70 negara di benua Asia, Afrika, dan Eropa.

Baca: Aktris Emma Watson Suarakan Solidaritas untuk Palestina

Data Bank Dunia menunjukkan bahwa sejak hubungan diplomatik antara Israel dan China terjalin pada 1992, ekspor Israel ke China telah meningkat menjadi lebih dari 4 miliar dolar AS pada 2019. Impor dari China melebihi 10 miliar dolar AS pada 2019.

Agustus lalu, direktur CIA Bill Burns dilaporkan mengangkat keprihatinan itu dengan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett. Para pejabat AS secara khusus menanyakan tentang keterlibatan China di metro Tel Aviv.

Sementara itu, Israel menghadapi dilema karena tidak ingin merusak hubungan dengan China melalui secara terbuka menunjukkan kesediaannya menyetujui tuntutan AS. Beberapa negara Teluk Arab menghadapi situasi serupa, termasuk Uni Emirat Arab yang baru-baru ini menghentikan pekerjaan konstruksi di proyek pelabuhan China setelah pejabat AS berpendapat itu akan digunakan oleh Beijing untuk tujuan militer.

China telah menyebut dirinya sebagai mitra untuk hampir setiap negara di kawasan itu. Pemerintah Xi Jinping juga mengejar proyek infrastruktur di Mesir dan Arab Saudi dan mengembangkan hubungan yang kuat dengan Iran.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement