Rabu 05 Jan 2022 14:19 WIB

Sudah Nataru, Harga Minyak Goreng Masih Mahal

Menurut pedagang, harga minyak goreng sudah tinggi dari agen, pengecer menyesuaikan.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Bilal Ramadhan
Pedagang menunjukkan minyak goreng curah di Pasar Agung, Depok, Jawa Barat
Foto: Antara/Asprilla Dwi Adha
Pedagang menunjukkan minyak goreng curah di Pasar Agung, Depok, Jawa Barat

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Sudah memasuki hari ke-4 tahun 2022, Selasa (4/1), harga minyak goreng kemasan yang dijual di pasar tradisional Kota Bandar Lampung masih mahal. Harga minyak goreng biasanya Rp 10 ribu-Rp 11 ribu per liter, masih bertahan tinggi Rp 20 ribu–Rp 21 ribu per liter.

Berdasarkan pemantauan di Pasar Induk Tamin Bandar Lampung, pedagang bahan kebutuhan dapur belum menurunkan harga jual minyak goreng kemasan berbagai merek. Menurut pedagang, harga tersebut memang sudah tinggi dari agen, sehingga pengecer menjual dengan harga penyesuaian.

Baca Juga

Pedagang merasakan tingginya harga minyak goreng sejak akhir November 2021 hingga menjelang tahun baru 2022, selalu dikeluhkan pelanggan, konsumennya terutama pembeli ibu-ibu rumah tangga.

“Mereka mengeluhkan harga minyak goreng tidak wajar naiknya dua kali lipat,” kata Legimin (54 tahun), pedagang kebutuhan dapur di Pasar Tamin.

Ia mengatakan, saat ini tidak tersedia lagi minyak goreng curah yang dijual di pasar sejak ditemukan minyak goreng curah oplosan. Semua pembeli baik ibu rumah tangga maupun pedagang makanan merasakan berat untuk membeli minyak goreng kemasan dalam jumlah banyak.

Pedagang di Pasar Wayhalim masih menjual minyak goreng kemasan berkisar Rp 40 ribu sampai Rp 43 ribu per liter bergantung jenis dan merek kemasannya. Tingginya harga minyak goreng kemasan tersebut, masih bertahan karena memang pasokan dari agen masih tinggi harganya.

“Kalau kami pedagang ini mengikuti saja harga dari agen atau distributor. Kalau mereka naik, terpaksa kami juga menaikkan harga ecerannya,” kata Gani, pedagang di Pasar Rakyat Wayhalim.

Dampak dari mahalnya harga minyak goreng, dia mengaku terjadi penurunan omset penjualan minyak goreng. Pembeli biasanya membeli dengan jumlah banyak untuk menyetok terutama pembeli pedagang makanan, restoran, atau katering, sekarang hanya jumlah kecil.

Menurut Lina (54), ibu rumah tangga di Bandar Lampung, kenaikan harga minyak goreng kemasan dirasakan hanya terjadi pada libur Natal dan Tahun Baru 2022, ternyat terus berlanjut sampai tahun 2022.

“Seharusnya pemerintah respon kalau minyak goreng itu kebutuhan vital rumah tangga dan pedagang makanan,” ujar ibu dua anak tersebut.

Biasanya, ia membeli minyak goreng kemasan untuk stok satu bulan tiga sampai empat liter. Sejak harga bertahan mahal dua bulan terakhir, ia menyetok minyak goreng hanya dua liter saja.

Sedangkan pedagang gorengan juga sudah sejak akhir Desember 2021, terpaksa menaikkan harga jual eceran gorengan dari Rp 1.000 menjadi paketan Rp 5.000 empat buah gorengan.

Menurut Yanto, penjual gorengan di Jalan Teuku Cik Ditiro Kemiling, kenaikan harga gorengan tidak dapat dihindari karena tidak balik modal dengan harga minyak goreng yang mahal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement