REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gejala infeksi SARS-CoV-2 varian imicron sering kali tidak disadari karena sangat mirip dengan keluhan yang biasa dirasakan saat orang terkena flu. Namun, ada salah satu tanda paling awal infeksi omicron yang dapat dideteksi di tenggorokan.
Serangkaian penelitian menunjukkan gejala omicron lebih ringan daripada jenis varian lainnya. Laporan resmi pertama di Inggris mengungkapkan risiko rawat inap akibat omicron adalah 50 hingga 70 persen lebih rendah dibandingkan delta.
Layanan Kesehatan Inggris (NHS) menyatakan, tiga gejala utama infeksi SARS-CoV-2 adalah batuk terus-menerus, kehilangan fungsi indra perasa dan penciuman, serta demam tinggi. Namun, data dari aplikasi ZOE Symptom Tracker menunjukkan bahwa gejala-gejala ini tidak lagi menjadi tanda utama.
Beberapa dokter yang memantau pasien Covid-19, memiliki bukti mengenai perubahan gejala itu. Dr Jorge Moreno yang bekerja di klinik rawat jalan Connecticut di Amerika Serikat mengatakan, kebanyakan pasien yang datang melaporkan keluhan serupa pilek.
Dilansir The Sun, Rabu (12/1/2022), dr Moreno mengatakan bahwa kebanyakan orang yang positif Covid-19 mengalami sakit tenggorokan. Tenggorokan mereka terasa kering dan menyebabkan rasa sakit yang tajam saat menelan.
"Gejalanya sangat menonjol. Tidak seperti gelitik kecil di tenggorokan. Mereka mengatakan tenggorokannya terasa perih," kata dr Moreno yang juga asisten profesor kedokteran Yale School of Medicine.
Analisis lebih lanjut telah menunjukkan bahwa kebanyakan orang yang terinfeksi omicron akan mengalami masalah tenggorokan. Data omicron di Norwegia menunjukkan bahwa 72 persen orang yang positif Covid-19 mengalami sakit tenggorokan.
Para pasien mengatakan bahwa gejala berlangsung sekitar tiga hari. Dr Moreno menyebut, bagi orang yang telah divaksin, gejalanya tidak separah itu dan bagi kebanyakan orang, penyakitnya seperti pilek ringan.
"Beberapa hari kemudian, mereka siap untuk kembali berolahraga atau melakukan aktivitas rutinnya," papar dia.