Kamis 13 Jan 2022 10:51 WIB

China Batalkan Penerbangan Gara-Gara Covid-19, AS Sebar Ancaman

China membatalkan lebih banyak pesawat untuk terbang ke AS

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Bendera China-Amerika
Foto: washingtonote
Bendera China-Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Hubungan China dan Amerika Serikat kembali memanas yang dipicu sektor penerbangan terkait tingginya kasus Covid-19. China membatalkan penerbangan ke AS yang ditanggapi dengan ancaman oleh Washington.

China memerintahkan pada Rabu (12/1/2022) penangguhan enam penerbangan Amerika Serikat dalam beberapa pekan mendatang. Tindakan itu seusai laporan lonjakan penumpang yang dites positif Covid-19.

Baca Juga

Regulator penerbangan mengatakan akan menangguhkan dua penerbangan United Airlines tambahan dari San Francisco ke Shanghai, setelah tujuh penumpang dinyatakan positif pada penerbangan baru-baru ini. Penangguhan tersebut meningkat menjadi 70 pembatalan dalam jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tindakan itu juga akan menangguhkan empat penerbangan China Southern Airlines dari Los Angeles ke Guangzhou mulai minggu 31 Januari. Langkah itu akan memengaruhi penerbangan kembali pada Februari.

Pemerintah AS melayangkan kritik atas keputusan China untuk membatalkan kembali penerbangan antara dua negara. Washington pun memperingatkan dapat mengambil tindakan sebagai tanggapan.

"Tindakan China tidak konsisten dengan kewajibannya berdasarkan Perjanjian Transportasi Udara AS-China. Kami terlibat dengan (Pemerintah China) dalam hal ini dan kami memiliki hak untuk mengambil tindakan regulasi yang sesuai," kata juru bicara Departemen Transportasi AS (USDOT).

Sebelum pembatalan terbaru, tiga maskapai AS dan empat maskapai China mengoperasikan sekitar 20 penerbangan seminggu antarnegara. Jumlah tersebut jauh di bawah angka lebih dari 100 per pekan sebelum pandemi.

Kelompok perdagangan yang mewakili United, Delta Air Lines, American Airlines dan lainnya, Airlines for America, mengatakan, operator AS khawatir tentang implikasi gangguan dan terus menilai dampaknya terhadap operasi. "Kami sedang berkomunikasi dengan Pemerintah AS dan China untuk mengidentifikasi jalan ke depan yang meminimalkan dampak bagi para pengunjung," katanya.

China juga telah menangguhkan rute dengan negara lain. Pemerintah menangguhkan total enam penerbangan dari Prancis dan Kanada. Namun, jumlah penerbangan AS yang dibatalkan telah melonjak sejak Desember karena infeksi yang disebabkan oleh varian omicron yang sangat menular melonjak ke rekor tertinggi di AS.

Beijing dan Washington sebelumnya berdebat tentang layanan udara sejak awal pandemi. Pada Agustus, Departemen Perhubungan AS membatasi empat penerbangan dari maskapai China hingga 40 persen kapasitas penumpang selama empat minggu setelah Beijing memberlakukan batasan yang sama pada empat penerbangan United Airlines.

Baca: Bekerja Tanpa APD di Awal Pandemi, Dokter Spanyol Menangkan Gugatan Lawan Pemerintah

Baca: Thailand Pungut Tarif Tambahan Bagi Turis Asing untuk Biaya Pengobatan

Administrasi Penerbangan Sipil Cina (CAAC) mengatakan pada September, China telah menutup semua perbatasannya untuk pengunjung, memotong total penerbangan internasional menjadi hanya 200 penerbangan seminggu atau 2 persen dari tingkat pra-pandemi. Pengunjung, termasuk warga China perantauan yang mencoba pulang, harus berebut tiket mahal, jika mereka dapat menemukannya.

"Sekarang kembali ke China seperti mission impossible. Semakin banyak penerbangan yang ditangguhkan," seorang pengguna platform media sosial Weibo yang kesal. 

Baca: Israel Klaim Bongkar Jaringan Mata-Mata Iran

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement