Jumat 14 Jan 2022 12:12 WIB

Cerita China Berjibaku Lawan Omicron Jelang Olimpiade Beijing

Pembukaan Olimpiade Beijing tinggal tiga pekan dan kebanggaan China dipertaruhkan

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua China, Presiden China Xi Jinping mengunjungi National Speed Skating Oval, tempat kompetisi untuk Olimpiade Musim Dingin 2022, di Beijing, Selasa, 4 Januari 2022. Pembukaan Olimpiade Beijing tinggal tiga pekan lagi dan kebanggaan China dipertaruhkan.
Foto: AP/Shen Hong/Xinhua
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua China, Presiden China Xi Jinping mengunjungi National Speed Skating Oval, tempat kompetisi untuk Olimpiade Musim Dingin 2022, di Beijing, Selasa, 4 Januari 2022. Pembukaan Olimpiade Beijing tinggal tiga pekan lagi dan kebanggaan China dipertaruhkan.

REPUBLIKA.CO.ID,BEIJING - Pemerintah China menangguhkan sebagian besar akses ke kota besar di sekitar Beijing pada Kamis (13/1) menyusul penyebaran Omicron yang meluas. Ini merupakan ujian bagi kebijakan nol Covid jelang tuan rumah Olimpiade Musim Dingin Beijing.

Tianjin, pelabuhan dan pusat manufaktur berpenduduk 14 juta adalah salah satu dari enam kota yang memberlakukan lockdown sebagai bagian dari kebijakan untuk melacak setiap kasus. Tianjin memang sangat dekat dengan Beijing sehingga menimbulkan kekhawatiran besar bahwa wabah bisa mencapai ibukota yang bakal menjadi tuan rumah Olimpiade.

Baca Juga

Selama pandemi, pihak berwenang secara khusus melindungi Beijing sebab ibu kota adalah pusat pemerintahan dan rumah bagi politisi senior. Pembukaan Olimpiade di Beijing tinggal menyisakan waktu tiga pekan lagi, dan kebanggaan nasional China dipertaruhkan, taruhannya bahkan lebih tinggi.

Pada Kamis (13/1/2022), Tianjin menangguhkan layanan kereta api, taksi, bus, dan layanan transportasi online ke kota-kota lain termasuk Beijing. Penerbangan dan layanan kereta api berkecepatan tinggi juga dibatalkan sebelumnya dan jalan raya ditutup. Orang-orang yang meninggalkan kota diminta untuk menunjukkan tes virus negatif dan mendapat izin khusus.

Di kota lain, lebih dari 20 juta orang dikurung di China, termasuk di kota barat Xi'an. Beberapa kota melarang warganya meninggalkan rumah mereka. Langkah ini adalah bagian dari pembatasan pergerakan yang telah berulang kali diberlakukan China sejak awal 2020. Ini dimulai dengan langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya ketika pemerintah menyegel 11 juta orang di pusat kota Wuhan, tempat virus pertama kali terdeteksi, dan bagian lain di sekitar provinsi Hubei.

Seiring dengan pengujian massal dan pengawasan digital terhadap pergerakan orang, langkah-langkah tersebut memang telah mencegah virus menyebar menjadi wabah nasional sejauh ini. Tingkat vaksinasi negara itu kini juga telah mencapai 85 persen.

Ujian Olimpiade Beijing

Negara-negara lain yang mencoba pendekatan toleransi nol covid serupa telah meninggalkannya, justru memutuskan untuk mencoba hidup dengan virus, sambil mengurangi efek terburuknya. Namun China tetap bertahan meski mungkin menemukan strategi yang semakin sulit karena varian Omicron lebih menular daripada versi virus sebelumnya dan lebih baik dalam menghindari vaksin.

Tantangan itu datang tepat ketika China menyambut ribuan orang dari luar negeri untuk Olimpiade, yang dimulai 4 Februari. "Saya pikir ini benar-benar saat yang kritis bagi China. Bisakah kebijakan itu mencegah Omicron?" kata seorang pakar politik China di Universitas Chicago, Dali Yang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement