Senin 17 Jan 2022 19:55 WIB

Nelayan Kecil Terkendala Cuaca Buruk, Aktivitas TPI di Indramayu Terhenti

Di salah satu TPI Indramayu, sudah sepekan tidak ada aktivitas pelelangan ikan.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Irfan Fitrat
Sejumlah kapal nelayan bersandar di dermaga wilayah Desa Dadap, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Senin (17/1/2022).
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani
Sejumlah kapal nelayan bersandar di dermaga wilayah Desa Dadap, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Senin (17/1/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU — Kondisi cuaca buruk di perairan wilayah Indramayu dikabarkan menghambat aktivitas nelayan dengan kapal kecil untuk mencari ikan. Terhambatnya aktivitas nelayan kecil ini disebut berdampak terhadap sejumlah Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Kabupaten Indramayu.

Menurut Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Indramayu Dedi Aryanto, ketinggian gelombang di perairan Indramayu bisa mencapai di atas dua meter. Tingginya gelombang laut itu bisa membahayakan nelayan dengan kapal kecil. Selain itu, angin kencang dan gelombang tinggi juga dapat menyulitkan nelayan untuk menangkap ikan. Pasalnya, jaring yang ditebar kerap terbawa angin dan gelombang.

Dampaknya, Dedi mengatakan, aktivitas di sejumlah TPI wilayah Kabupaten Indramayu menjadi terhenti. Menurut dia, ada sekitar 13 TPI yang belakangan ini tidak ada aktivitas pelelangan ikan. “Kondisi seperti itu sudah terjadi sejak seminggu terakhir,” kata Dedi kepada Republika.co.id, Senin (17/1/2022).

Di Kabupaten Indramayu ada 14 TPI. Menurut Dedi, hanya di TPI Karangsong yang terlihat adanya aktivitas pelelangan ikan. Pasalnya, kapal-kapal nelayan di sekitar TPI tersebut berukuran besar. Adapun di tempat lainnya, misalnya di TPI Glayem, Kecamatan Juntinyuat, kegiatan pelelangan ikan disebut terakhir kali berlangsung pada 11 Januari 2022 lantaran aktivitas nelayan terkendala cuaca.

Pada kondisi normal, ikan yang dilelang di TPI Glayem dilaporkan bisa mencapai sekitar 20-40 ton per harinya. Ikan yang dilelang itu merupakan hasil tangkapan dari puluhan kapal milik nelayan setempat.

Selain TPI Glayem, aktivitas di TPI Ngupaya Mina, Desa Dadap, Kecamatan Juntinyuat, juga dilaporkan terhenti belakangan ini. “Sudah seminggu terakhir ini off sama sekali,” kata Fathurohim, yang merupakan ketua Koperasi Perikanan Laut (KPL) Ngupaya Mina, Desa Dadap.

Fathurohim menjelaskan, Koperasi Ngupaya Mina memiliki 45 anggota, yang mempunyai kapal dengan ukuran berkisar antara 6-16 gross tonnage (GT). Di setiap kapal ini dipekerjakan antara 11-35 orang anak buah kapal (ABK), bergantung ukuran kapal. Jumlah tersebut belum termasuk ratusan nelayan yang menggunakan kapal-kapal kecil.

Menurut Fathurohim, nelayan di daerahnya selama ini biasa melaut di perairan Indramayu. Mereka melaut pada jarak sekitar sepuluh mil. Karena kondisi cuaca buruk, aktivitas nelayan terganggu, yang akhirnya berdampak juga pada TPI. “Aktivitas TPI berhenti sejak Senin (10/1/2022). Sampai Senin (17/1/2022) ini belum ada aktivitas lagi,” kata Fathurohim.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement