REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan menganggap tanda pagar (tagar) #HarunaOut di media sosial, yang dimunculkan warganet sebagai bentuk kritik terhadap anggota Komite Eksekutif PSSI Haruna Soemitro, merupakan bagian dari demokrasi. "Ini zaman demokrasi. Orang boleh berpendapat dan lain sebagainya," ujar Iriawan di Jakarta, Selasa (18/1).
Pria yang akrab disapa Iwan Bule itu menegaskan, gejolak di media sosial adalah sesuatu yang wajar. Setiap penggunanya, kata dia, bebas untuk mengutarakan pandangan-pandangannya.
Tagar #HarunaOut merebak di media sosial selama dua hari terakhir setelah video siniar anggota Komite Eksekutif PSSI Haruna Soemitro dalam kanal Youtube JPNN.COM, menyebar. Haruna ketika itu mengkritik pelatih tim nasional Indonesia Shin Tae-yong.
Menurut eks petinggi klub Madura United itu, Shin sosok yang cepat tersinggung. Komunikasi antara PSSI dan Shin Tae-yong juga dikatakannya tersendat. Kemudian, Haruna menilai kualitas Shin sama saja dengan pelatih timnas Indonesia lainnya karena hanya sanggup membawa skuad "Garuda" ke babak final Piala AFF 2020.
Hal tersebut membuat mayoritas warganet Indonesia berang. Mereka lalu memunculkan #HarunaOut, sebagai desakan agar Haruna keluar dari PSSI. Bersamaan dengan itu, warganet memberikan dukungan kepada Shin Tae-yong.
Melihat ramainya #HarunaOut, Iriawan merasa masyarakat seperti menganggap Shin Tae-yong akan diganti oleh PSSI. Padahal, hal itu tidak benar. PSSI memastikan Shin Tae-yong tetap akan bersama timnas Indonesia sampai kontraknya habis, yaitu akhir tahun 2023. Kontrak Shin bisa saja diperpanjang jika performa timnas terus membaik.
"Mungkin 'netizen' atau publik berpikir Shin Tae-yong akan diganti. Itu yang saya tangkap. Tentu tidak demikian koridornya. Shin Tae-yong akan berada di posisinya hingga habis kontrak. Kalau ternyata performa timnas makin bagus, tentu kontrak itu akan diperpanjang," tutur Iriawan.