Rabu 19 Jan 2022 05:18 WIB

PTM 100 Persen Surabaya Berjalan Sesuai Rekomendasi IDAI

Sejak berjalan PTM 100 persen Surabaya belum terima laporan kasus positif.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah pelajar menyeberang jalan menuju ke sekolah di kawasan Platuk Donomulyo, Surabaya, Jawa Timur, Senin (10/1/2022). Pemkot Surabaya mulai melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen di tingkat PAUD, TK, SD dan SMP yang digelar dalam dua sesi menyesuaikan kondisi sekolah masing-masing dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Foto: ANTARA/Didik Suhartono
Sejumlah pelajar menyeberang jalan menuju ke sekolah di kawasan Platuk Donomulyo, Surabaya, Jawa Timur, Senin (10/1/2022). Pemkot Surabaya mulai melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen di tingkat PAUD, TK, SD dan SMP yang digelar dalam dua sesi menyesuaikan kondisi sekolah masing-masing dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Surabaya bersama sejumlah pakar menggelar evaluasi setelah pembelajaran tatap muka (PTM) jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), SD, dan SMP di Kota Pahlawan digelar sepekan. Kepala Disdik Kota Surabaya Yusuf Masruh menyatakan, berdasarkan hasil evaluasi disepakati PTM 100 persen di Surabaya bisa dilanjutkan dengan menerapkan protokol kesehatan ketat.

Hingga saat ini, kata Yusuf, belum ada laporan warga sekolah yang terpapar Covid-19 di lingkungan sekolah. Meskipun demikian, pihaknya secara berkala akan melakukan evaluasi bersama pakar epidemiologi, pakar kesehatan masyarakat, IDAI, serta guru dan tenaga kependidikan (GTK).

Baca Juga

“Kami ingin orang tua merasa aman dan nyaman ketika menitipkan anak-anak di sekolah. Ini ikhtiar kami bersama untuk memberi layanan terbaik bagi anak-anak di Kota Surabaya,” kata Yusuf di Surabaya, Selasa (18/1/2022).

Bidang Pengembangan, Penelitian dan Pendidikan IDAI Jatim, Dominicus Husada mengatakan, kebijakan PTM ini tetap dapat dijalankan di Kota Surabaya dengan kehati-hatian. Pihaknya belum melihat alasan yang cukup untuk memberi masukan agar PTM dihentikan.

“Kalau kasusnya melonjak, baru kita lakukan evaluasi kembali,” ujarnya.

Pakar Epidemiologi Unair dr Windhu Purnomo menjelaskan, sejauh ini Indonesia tampak bagus dalam menghadapi Covid-19 termasuk varian Omicron. Pasalnya, di negara-negara lain, puncak kasus terjadi pada 40 hari sejak kasus pertama ditemukan. Hal itu terjadi di negara-negara Afrika, Inggris, Amerika Serikat, dan lain-lain.

“Sedangkan di Indonesia, kasus pertama ditemukan pada pertengahan Desember. Seharusnya sekarang ini prediksi puncaknya. Tapi sekarang masih di bawah ambang batas bahaya. Jadi, kita tidak usah khawatir dengan Omicron, karena ini sudah seperti influenza biasa,” kata dia.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Nanik Sukristina memastikan pihaknya terus memonitor pelaksanaan PTM di Kota Surabaya. Bahkan, ia memastikan timnya selalu melakukan monitoring tenang protokol kesehatan yang dijalankan di sekolah-sekolah yang melakukan PTM itu.

“Alhamdulillah belum ada penularan untuk anak-anak kita, semoga tidak ada terus,” ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement