Jumat 28 Jan 2022 15:12 WIB

Sulit Dapat RS Covid-19, Ini Komentar Kepala Dinkes DKI

Hingga kini keterisian RS untuk pasien Covid-19 di DKI Jakarta ada di angka 45 persen

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Bilal Ramadhan
Tenaga sukarela PMI Kota Jakarta Pusat menyemprotkan cairan disinfektan di SMP Negeri 18 Jakarta, Jakarta Pusat, Rabu (26/1/2022). Pemprov DKI Jakarta mencatat hingga 22 Januari lalu, terdapat 90 sekolah yang ditutup akibat ditemukannya kasus COVID-19, sementara itu kasus konfirmasi positif di Tanah Air per 26 Januari 2022 bertambah 7.010 kasus.
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Tenaga sukarela PMI Kota Jakarta Pusat menyemprotkan cairan disinfektan di SMP Negeri 18 Jakarta, Jakarta Pusat, Rabu (26/1/2022). Pemprov DKI Jakarta mencatat hingga 22 Januari lalu, terdapat 90 sekolah yang ditutup akibat ditemukannya kasus COVID-19, sementara itu kasus konfirmasi positif di Tanah Air per 26 Januari 2022 bertambah 7.010 kasus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Widyastuti, menampik pernyataan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Abraham Wirotomo yang menyebut warga DKI sulit mencari rumah sakit isolasi Covid-19. Menurutnya, saat ini ketersediaan fasilitas 140 dari 194 RS siap memberikan layanan.

Dia menambahkan, hingga kini keterisian RS untuk pasien Covid-19 ada di angka 45 persen atau sekitar 3.900 tempat tidur. Angka tersebut, dinilainya masih memiliki ruang yang banyak untuk disediakan jika ada kemungkinan kenaikan kasus kembali.

Baca Juga

“Dan itu belum kapasitas maksimal. Masih bisa ditingkatkan jadi 11 ribu lebih seperti tahun lalu,” kata Widyastuti kepada awak media, kemarin petang.

Namun demikian, kata dia, berdasarkan regulasi dari Kemenkes menyebut jika yang dirawat di RS sebaiknya adalah gejala sedang hingga kritis. “Nah ternyata dari 45 persen tadi, gejala ringan masih ada yang ke RS. Jadi sebenarnya masih ada yang bocor,” kata dia.

Padahal, dia menegaskan, gejala asimtomatis dan ringan lebih baik tidak ke RS, termasuk pasien probable. Dia menegaskan dari pasien yang dirawat mencapai 45 persen tersebut, hampir separuhnya adalah pasien asimtomatis dan ringan.

“Ada 91 RS yang sudah menginput data di sistem yang sudah kita siapkan, dari 1.300-an tersebut sekitar 39 persen gejalanya ringan, kemudian ada yang asimtomatis sekitar 9 persen,” tuturnya.

Hal serupa, kata dia, juga berlaku pada keterisian ICU yang kini ada di angka 15 persen atau sekitar 86 dari kapasitas yang digunakan 611. Dia mengatakan, hingga kini pihaknya masih akan mempertahankan kondisi yang ada berdasarkan gambaran kasus-kasus di RS rujukan Covid-19.

“Ini yang tentunya perlu diinformasikan kepada warga bahwa jangan panik, sedang disediakan platform telemedicine untuk yang tidak bergejala atau bergejala ringan, bisa isoman atau nanti disortir yang sedang disiapkan,” jelas dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement