Rabu 02 Feb 2022 15:59 WIB

BBKSDA Jatim Lakukan Pendataan Satwa di Cagar Alam Pulau Sempu

Beberapa jenis burung keluarga rangkong yang masuk kategori langka juga ditemukan

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Gita Amanda
Tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur (Jatim) dan PROFAUNA Indonesia telah melakukan pendataan mengenai keberadaan satwa di Cagar Alam Pulau Sempu, Kabupaten Malang. (ilustrasi).
Tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur (Jatim) dan PROFAUNA Indonesia telah melakukan pendataan mengenai keberadaan satwa di Cagar Alam Pulau Sempu, Kabupaten Malang. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur (Jatim) dan PROFAUNA Indonesia telah melakukan pendataan mengenai keberadaan satwa di Cagar Alam Pulau Sempu, Kabupaten Malang. Hasilnya, diperoleh ada 80 jenis burung, 11 mamalia dan 5 reptil di tempat tersebut.

Manajer Lapangan PROFAUNA Indonesia, Erik Yanuar mengatakan, pihaknya juga menemukan beberapa jenis burung keluarga rangkong yang masuk kategori langka. Semuanya tercatat ada di cagar alam seluas 877 hektare (ha) tersebut. Adapun burung keluarga rangkong yang masuk kategori langka dan ditemukan di tempat tersebut antara lain burung kangkareng perut putih (Anthracoceros albirostris),  julang mas (Rhyticeros undulatus) dan rangkok badak (Buceros rhinoceros).

Baca Juga

Selain burung rangkong, tim juga menemukan jenis burung lain seperti elang ular (splirornis cheela) dan elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster). Kemudian juga dijumpai burung serak jawa (Tyto alba), serindit jawa (Loricullus pusilus), takur tenggeret (Psilopogon australis), takur tulung tumpuk (Psilopogon javensis), dan takur ungkut-ungkut (Psilopogon haemacephala).

"Lalu ada pula paok pancawarna (Hyodrornis guanjanus), pelanduk semak (Malacocincla sepiarium) dan delimukan zamrud (Chalcophaps indica)," kata Erik saat dikonfirmasi Republika, Rabu (2/2/2022).

Untuk jenis mamalia, yang tercatat ditemukan di Cagar Alam Pulau Sempu ada 11 jenis. Binatang-binatang tersebut antara lain kijang (Muntiacus muntjack), kancil (Tragalus javanicus), babi (Sus scrofa), dan jelarang (Ratufa bicolor). Selanjutnya, terdapat mamalia jenis lutung jawa (Trachyipitechus auratus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), kucing tandang (Prionailurus planiceps), dan trenggiling (Manis javanicus).

Sementara itu, golongan reptil tercatat ada lima jenis di Pulau Sempu.  Satwa jenis ini antara lain ular pucuk (Ahaetulla prasina), ular tambang (Dendrelaphis pictus), penyu sisik (Eretmochelys imbricate). "Lalu ada cicak terbang (Draco volans) dan tokek (Gecko gecko)," jelasnya.

Melihat keragaman satwanya, Erik pun menyebut Cagar Alam Pulau Sempu sebagai sebuah laboratorium alam yang komplit. Tempat ini bisa untuk belajar tentang keragaman flora, fauna dan ekosistem. Pulau Sempu mempunyai nilai penting secara keilmuan, konservasi dan geografi.

Menurut Erik, keberadaan Cagar Alam Pulau Sempu wajib dilestarikan demi masa depan. "Untuk itulah kenapa kegiatan wisata tidak diperkenankan, karena bisa mengganggu keberadaan dari satwa liar dan habitat alaminya,” ungkapnya.

Berdasarkan UU Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, kegiatan yang boleh dilakukan di cagar alam adalah penelitian. Kemudian juga hanya kegiatan ilmu pengetahuan, pendidikan dan budidaya yang menunjang. Sementara itu, untuk kegiatan wisata memang tidak diperbolehkan untuk siapapun.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement