REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un menyampaikan ucapan selamat ke Presiden China Xi Jinping atas Olimpiade Musim Dingin Beijing yang merupakan "kemenangan besar." Dalam suratnya itu Kim mengatakan ia ingin meningkatkan hubungan dua negara.
"Keberhasilan pembukaan Olimpiade Musim Dingin Beijing meski dunia sedang mengalami krisis kesehatan dan situasi buruk yang tidak pernah terjadi sebelumnya merupakan kemenangan besar yang lain bagi sosialis China," kata Kim dalam suratnya tersebut seperti dikutip kantor berita Korut, KCNA, Jumat (4/2/2022).
Kim mengatakan ia akan "terus mengembangkan hubungan antara dua pihak dan dua negara ke tingkat yang lebih tinggi." Olimpiade akan dibuka pada Jumat ini.
Di hari yang sama Dewan Keamanan PBB akan membahas uji coba rudal Korut beberapa bulan terakhir. Termasuk peluncuran rudal jarak menengah pertama sejak 2017 pada Ahad (29/1/2022) lalu.
Para diplomat PBB mengatakan bulan lalu China dan Rusia menahan sanksi-sanksi PBB yang diajukan Amerika Serikat (AS) pada lima orang warga Korut. Dalam surat sebelumnya pada bulan Januari lalu, Korut mengatakan tidak akan menghadiri Olimpiade di negara tetangganya itu atas alasan "sikap bermusuha" dan resiko Covid-19.
Atlet-atlet Korut tidak dapat bertanding untuk mewakili negara mereka setelah Komite Olimpiade Internasional (IOC) menangguhkan keanggotaan Korut dari asosiasi itu hingga akhir 2022. Sebab mereka gagal mengirimkan tim ke Olimpiade Tokyo pada tahun lalu karena Covid-19.
Dalam suratnya yang terbaru Kim juga mengkritik langkah AS. Pada bulan Desember lalu Washington memutuskan memboikot OLimpiade Musim Dingin 2022 karena catatan buruk hak asasi manusia Cina. Sementara atlet AS masih bebas untuk bertandang ke Cina untuk bertanding.
Sejak perjanjian 1961 Cina satu-satunya negara besar yang menjadi sekutu Korut. Sanksi-sanksi internasional yang diberlakukan pada Pyongyang karena program nuklir dan rudal balistik juga mendorong Korut semakin tergantung dengan Beijing untuk perdagangan dan bantuan lainnya.
Selama hampir dua tahun Korut menerapkan penutupan perbatasan paling ketat di dunia. Bulan lalu Korut sudah kembali melakukan perdagangan melalui kereta dengan Cina tapi masih menutup total perbatasannya.