IHRAM.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Politisi Senior, Sejarawan, dan Budayawan Betawi
foto atas gua Jambul di Istiqlal. Jaman Belanda lokasi Istiqlal, sekarang, disebut Wilhelmina Park. Bung Karno tahun 1954 rencanakan di tempat akan didirikan mesjid besar bernama Istiqlal.
Wilhemina Park kemudian ditata. Patung-patung made in Holland dirobohkan. Park ganti nama Taman Wijaya Kusuma (TWK). Pada tahun 1955 taman ini terbuka.untuk umum, tapi pakai karcis masuk. Saya perlukan datang terutama ingin melihat gua Jambul.
Gua Jambul tampak sudah dibersihkan. Dinding gua yang batu-batu granit itu menerangi sepanjang lorong gua. Tinggi gua lebih dua meter, kelebaran lorongnya juga lebih dua meter.
Di sinilah orang purba yang hidup di dalam gua mengatur kehidupannya. Era ini disebut era kehidupan manusia gua. Selalunya lokasi gua dekat air.
Komunitas gua hidup dalam aturan. Tidak ada sex bebas. Menurut film yang diproduksi National Geografic tentang Amazon, di hutan Amazon juga tak boleh sex bebas.
Komunitas gua punya pimpinan, ini dapat dilihat dari ragam hias gua Solok.
Komunikasi bahasa? Nama2 gua buatan mereka:
1. Jambul, membukit
2. Tenabang, panggilan bumi. Posisi gua melintas Jl Mas Mansjur dekat.mesjid.
3. Liang Bo, di Jl Gunung Sari, hunian berlubang. Penghuni gua setelah era 'cave life' disebut Lause. Oleh pemda DKI orde lama "dilempengin" Jalan Lautze, pujangga Tiongkok 'kan.
4. Gua Condet
5. Gedong Rubu, Kemayoran. Gedong bangunan batu. Gua juga gedong. Rubu, ambruk, karena erosi.
6. Sekot, terhisap. Lokasi Budi Kemuliaan. Sekot pernah diBelandakan Scott.
7. Leguha atau Legoa di tepi Kali Kresek, Tanjung Priuk. Nama serupa juga ada di Bekasi.
Jelas mereka sendiri yang memberi nama kecuali gua Condet. Kalau ditilik dari bahasa dan perangai, dapat disimpulkan insan Indonesia pada era cave live itu halus budi. Itu antara 9000-7000 tahun lalu, menurut Bernard Grunn dalam bukunya yang terbit 1984.