REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat transportasi dan kebijakan publik Djoko Setijowarno menilai tarif moda transportasi Lintas Raya Terpadu (LRT) Jabodebek jika dipatok untuk end to end trip sebesar Rp 15 ribu masih relatif lebih terjangkau bagi pengguna kendaraan pribadi roda empat di luar Jakarta. Sebab, tarif itu lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan pengguna kendaraan pribadi dari kota satelit Jakarta.
"Saya pernah tanya beberapa teman pengguna transportasi di luar Jakarta. Kalau bawa mobil habisnya berapa toh per hari? Untuk biaya bensin, tol, parkir, sopir, ya, sekitar Rp 75 ribu per hari. Jadi tarif LRT Rp 15 ribu, mereka bilang masih menjanjikan," kata Djoko saat dihubungi di Jakarta, Selasa (8/2/2022).
Tarif LRT Jabodebek juga sama menariknya dengan tarif Jabodetabek Residence Connection (JR Connexion) saat pertama kali diluncurkan. "JR Connexion ke kawasan perumahan tarifnya segitu. Orang-orang di luar Jakarta senang bisa sampai depan rumah," kata Djoko.
Menurut Djoko, LRT Jabodebek akan lebih signifikan dalam mengurangi kemacetan di Jakarta jika angkutan penghubung atau feeder dari kawasan perumahan menuju stasiun LRT diperbanyak. Lebih spesifik, Djoko mengatakan, angkutan penghubung ini diperbanyak bagi stasiun-stasiun LRT yang berada di luar Jakarta.
"Bagaimana agar feeder di stasiun LRT di luar Jakarta itu melayani hingga perumahan di sekitarnya," ujar Djoko.
"Misalnya masyarakat perumahan itu kalau pakai LRT Rp 15 ribu, tapi dari rumahnya ke stasiun cuma Rp 5 ribu, naik angkutan bis misalnya," kata Djoko.
Pengamat transportasi dan kebijakan publik, Alvin Lie, mengatakan, tarif Rp 15 ribu untuk satu kali perjalanan sangat memberatkan konsumen. Alvin mengatakan, LRT merupakan bagian dari transportasi multimoda.
Konsumen membutuhkan transportasi lanjutan dari dan ke stasiun LRT. "Dengan tarif segitu, praktis para pekerja tidak akan mampu membayar. Akibatnya mereka akan memilih sarana transportasi lain yang lebih terjangkau," kata Alvin melalui pesan singkat di Jakarta, Selasa.
Jika membandingkan tarif tersebut dengan tarif Kereta Rel Listrik (KRL) dan TransJakarta juga masih sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan tarif LRT Palembang yang hanya Rp 5 ribu per perjalanan dan Rp 10 ribu jika kereta ke atau dari bandara.
Alvin mengingatkan, tantangan utama adalah mengubah perilaku publik untuk beralih transportasi pribadi ke transportasi publik LRT. "Jangan sampai mengulang blunder kereta bandara yang tarifnya mahal. Sampai hari ini tetap sepi walau tarifnya diturunkan," ujar Alvin.