Rabu 09 Feb 2022 18:45 WIB

Gelombang Baru Covid-19 Runtuhkan Sistem Kesehatan Afghanistan

Sejauh ini hanya lima rumah sakit di Afghanistan yang menjadi rujukan perawatan Covid

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Pasien Covid-19 terbaring di ruang perawatan intensif RS Penyakit Menular Jepang Afghanistan di Kabul, Afghanistan, Senin (7/2/2022). Sebanyak 33 dari 38 rumah sakit perawatan Covid-19 di Afghanistan terpaksa ditutup karena kekurangan dokter, obat-obatan, dan pemanas.
Foto: AP Photo/Hussein Malla
Pasien Covid-19 terbaring di ruang perawatan intensif RS Penyakit Menular Jepang Afghanistan di Kabul, Afghanistan, Senin (7/2/2022). Sebanyak 33 dari 38 rumah sakit perawatan Covid-19 di Afghanistan terpaksa ditutup karena kekurangan dokter, obat-obatan, dan pemanas.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Gelombang baru Covid-19 telah melumpuhkan sistem perawatan di Afghanistan. Sejauh ini hanya lima rumah sakit di Afghanistan yang menjadi rujukan perawatan Covid-19, sementara 33 rumah sakit lainnya terpaksa ditutup dalam beberapa bulan terakhir karena kekurangan dokter, obat-obatan, dan pemanas ruangan.

Salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 di Kabul, staf hanya dapat menyalakan pemanas ruangan pada malam hari di tengah musim dingin karena kekurangan bahan bakar. Pasien hanya mengenakan selimut tebal untuk menghangatkan diri mereka. Direktur Rumah Sakit Penyakit Menular Jepang Afghanistan yang merupakan rujukan Covid-19, Mohammed Gul Liwal, mengatakan, mereka membutuhkan pasokan oksigen hingga persediaan obat-obatan.

Baca Juga

Rumah Sakit Penyakit Menular Jepang Afghanistan memiliki kapasitas 100 tempat tidur. Sebelum akhir Januari, rumah sakit menerima satu atau dua pasien baru Covid-19 setiap hari. Liwal mengatakan, dalam dua minggu terakhir ada 10 hingga 12 pasien baru Covid-19  setiap hari.

"Situasinya semakin memburuk dari hari ke hari,” kata Liwal.

Sistem perawatan kesehatan Afghanistan telah hancur sejak Taliban kembali berkuasa. Runtuhnya sistem kesehatan semakin memperburuk krisis kemanusiaan di negara itu. Terlebih, sebagian besar staf rumah sakit belum menerima gaji. 

"Varian omicron memukul Afghanistan dengan keras," kata Liwal.

Liwal mengatakan, Afghanistan masih menunggu peralatan untuk menguji Covid-19. Juru bicara Kementerian Kesehatan Masyarakat, Javid Hazhir, mengatakan, seharusnya peralatan tersebut tiba sebelum akhir Januari. Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, peralatan untuk menguji Covid-19 di Afghanistan akan tiba pada akhir Februari.

WHO mengatakan, antara 30 Januari dan 5 Februari, laboratorium publik di Afghanistan menguji 8.496 sampel, dan hampir setengahnya positif Covid-19. Dengan hasil tersebut, maka tingkat positif Covid-19 di Afghanistan mencapai 47,4 persen. 

Hingga Selasa (8/2/2022), WHO mencatat 7.442 kematian dan hampir 167 ribu infeksi di Afghanistan sejak pandemi dimulai hampir dua tahun lalu. Kepemimpinan Taliban berupaya untuk mendorong kampanye vaksinasi pada populasi antivaksin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement