Sejak kecil hidup Neni Heryani tidak mudah. Orang tuanya tukang becak dan ibunya pembantu rumah tangga. Untuk membantu orang tua, Neni sejak SD sudah berjualan, mulai dari jualan gorengan keliling kampung di atas kepala hingga jualan pudding yang dititip ke warung-warung.
Suatu hari Neni minta dibelikan roti, namun karena tidak ada uang ibunya berkata, "Nanti saja kalau kamu sudah besar beli sama pabriknya."
Pesan itu disampaikan berulang-ulang membuat Neni mengingat betul memory masa kecilnya. Berselang beberapa tahun kemudian, Neni akhirnya telah memiliki sembilan cabang toko cake dan roti, dan akan terus bertambah.
Neni kini merupakan pemilik Bunga Bakery yang telah memiliki sembilan cabang. Kesuksesan ini merupakan buah dari sikapnya yang ulet dan pantang menyerah dalam menghadapi kegagalan.
"Orang tua saya selalu katakan, nanti saja kalau sudah besar, kamu beli roti itu dengan tokonya. Itulah hal yang membuat saya sampai sekarang selalu ingat," ujar Neni, dalam video yang diunggah kanal Youtube, JagaLilin, Sabtu, 19 Februari 2022.
Setelah lulus dari SMA pada 1995, Neni yang tak memiliki biaya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi memilih untuk merantau dari Tasikmalaya ke Bogor. Sebelum berangkat ke Bogor, sang ayah meminta Neni untuk berjanji bahwa saat dia kembali lagi ke Tasikmalaya, dia sudah menjadi orang yang sukses dan bermanfaat bagi orang lain.
"Kamu jauh-jauh dari Tasik ke Bogor itu jangan cuma hanya bermodal mimpi, tapi harus jadi kenyataan," ungkap Neni menirukan pesan ayahnya.
Selama di Bogor, Neni tinggal dan bekerja dengan saudaranya. Saat itu, pekerjaan yang dia lakukan adalah mengurus anak, berbelanja ke pasar, hingga memfotokopi dokumen saudaranya. Siapa sangka, pekerjaan ini membawa Neni bertemu dengan suami tercintanya sekarang.
Setelah menikah, sang suami membimbing Neni untuk menjadi seorang ibu yang memiliki ilmu atau keterampilan. Sang suami sempat membiayai Neni untuk berkuliah, namun Neni memilih untuk tak melanjutkannya.
"Kalau kamu tidak mau kuliah, ya berarti kamu harus punya ilmu secara keterampilan, yang penting kamu harus berilmu," kenang Neni menirukan ucapan sang suami.
Suami Neni lalu memfasilitasinya untuk mengikuti berbagai kursus keterampilan, mulai dari les memasak, membuat kue, menjahit, hingga memotong rambut. Sang suami lalu mengajak Neni berdiskusi mengenai minat dan cita-cita yang ingin diwujudkan oleh Neni.
"Saya selalu ingat, mau punya roti sama tokonya, dari situ lebih mendalami bikin-bikin kue dan memasak," jelas Neni.
Neni lalu memulai usaha berjualan roti dari rumah ke rumah. Usaha ini kemudian berkembang menjadi jualan roti keliling dengan sepeda motor. Neni bahkan sempat memiliki 11 motor yang digunakan untuk berjualan roti keliling.
Akan tetapi, kabar buruk lalu datang mengadang Neni dan sang suami. Pasangan suami-istri itu ditipu hingga ratusan juta dan sempat terlilit utang. Tetangga pun sempat mencibir Neni karena mengalami kebangkrutan.
"Saya sakit hati digituin, tapi saya introspeksi diri, itu yang memberikan kekuatan. Saya tidak boleh dikatakan bangkrut, selama saya masih mempunyai semangat untuk bangkit," ucap Neni menegaskan.
Neni dan sang suami akhirnya sepakat untuk memulai kehidupan dari awal lagi. Suami-istri ini lalu menjual 10 motor dan juga rumah untuk melunasi utang. Keduanya lalu pindah ke rumah kontrakan.
Meski mengalami situasi sulit, Neni tak pernah putus asa dan selalu berserah diri kepada Allah SWT. Neni selalu yakin bahwa Allah pasti akan menunjukkan jalan selama dia mau berusaha untuk bangkit.
Suatu ketika, ada teman Neni yang sedang di Makkah, Arab Saudi, menghubunginya. Teman tersebut bertanya apa doa yang ingin Neni titipkan di Tanah Suci. Neni lalu berpesan kepada sang teman untuk mendoakan agar dirinya bisa memiliki toko roti.
Di hari yang sama, Neni bersilaturahmi ke rumah saudaranya yang dulu memberikannya tempat tinggal. Saat itu, saudara Neni sempat bertanya mengapa usaha roti kelilingnya tak lagi terlihat. Neni lalu menceritakan kondisinya saat itu.
Secara mengejutkan, saudara Neni bersedia untuk meminjamkan modal sebesar Rp 70 juta agar Neni bisa kembali membangun usaha rotinya. Mulanya, Neni sempat merasa ragu karena tidak tahu apakah dia bisa mengembalikan pinjaman tersebut.
"Kata saudara saya, 'Kalau kamu maju, itu adalah kebahagiaan buat saya, jadi yang penting kamu maju. Kapan-kapan saja bayarnya'," cerita Neni.
Dari modal itu, Neni kemudian membangun toko roti Bunga Bakery pertamanya. Dari situ, usaha Neni terus berkembang dan saat ini secara organik dia bisa membuka sembilan cabang.
Di masa pandemi Covid-19 ini, Neni menuturkan, usahanya justru mengalami perkembangan yang lebih pesat. Selama dua tahun ini, ia bisa mengembangkan toko yang tadinya memiliki empat cabang menjadi sembilan cabang.
Kunci dari keberhasilannya untuk berkembang di masa pandemi ini adalah terus belajar dan mengubah pola pikir. "Dua tahun ini, dari sistem manajemen diperbaiki, distribusi diperbaiki, pembukaan cabang juga lebih cepat."
Selain itu, hal lain yang dilakukan ibu dari tiga orang anak ini adalah menjaga gaya hidup. Neni mengatakan sering kali orang membelanjakan uangnya untuk hal yang sebenarnya tidak begitu diperlukan ketika mendapatkan keuntungan.
"Saya tetap menahan gaya hidup, saya punya mobil sesuai kebutuhan. Saya punya baju sesuai kebutuhan. Jadi uang yang saya miliki itu semuanya saya dedikasikan buat agar usaha saya bisa berkembang," ungkap Neni.
Neni memastikan setiap pengusaha akan mengalami jatuh-bangun. Kemampuan bangkit dari keterpurukan itulah yang justru akan membentuk pribadi seorang pengusaha. Oleh karena itu, Neni selalu berpegang teguh pada mimpi besarnya dan pendiriannya untuk tidak mudah menyerah.