Senin 21 Feb 2022 12:30 WIB

Facebook Dituduh Gagal Atasi Informasi Salah Soal Perubahan Iklim

Video yang terlihat di Facebook malah mempromosikan misinformasi iklim.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Facebook. Facebooj dituduh gagal mengatasi misinformasi soal perubahan iklim.
Foto: EPA
Facebook. Facebooj dituduh gagal mengatasi misinformasi soal perubahan iklim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dua laporan tentang Facebook datang ke Komisi Keamanan dan Pertukaran (SEC). Pihak pertama yang melaporkan adalah The Washington Post lalu organisasi nirlaba yang mewakili pelapor Frances Haugen, Whistleblower Aid.

Laporan pertama menuduh Facebook (sekarang Meta), menyesatkan investor tentang upayanya untuk mengatasi informasi yang salah perubahan iklim dan Covid-19. Menurut The Washington Post, ada informasi yang salah tentang perubahan iklim di Facebook yang membuat upaya memerangi penolakan iklim tidak berhasil.

Baca Juga

Selain itu, The Washington Post juga menemukan dokumen internal yang berisi kebohongan pengalaman karyawan terkait iklim di platform. Misal, seorang karyawan melaporkan pencarian perubahan iklim di tab Tonton. Kemudian, video yang terlihat malah mempromosikan misinformasi iklim.

Video tersebut dilaporkan telah mengumpulkan 6,6 juta tampilan. Karyawan lain diduga mendesak perusahaan untuk menghapus informasi yang salah tentang iklim dibandingkan hanya memberi label posting dengan potensi kepalsuan.

Keluhan tersebut juga menyebutkan sebuah pusat informasi perubahan iklim yang kredibel yang diluncurkan platform pada tahun 2020 bernama Pusat Informasi Ilmu Iklim Facebook. Tahun lalu, Meta berusaha untuk memperkuat Pusat Informasi Ilmu Iklim dengan kuis, video, dan fakta tambahan. Sebuah studi yang dilakukan beberapa bulan kemudian menemukan penolakan perubahan iklim telah menjadi lebih luas di platform.

Sementara laporan kedua menuduh janji Facebook untuk memerangi kesalahan informasi Covid-19 yang tidak sejalan dengan tindakannya. Menurut The Post, pengaduan tersebut mengutip dokumen internal yang menunjukkan peningkatan 20 persen informasi yang salah pada April 2020 dan catatan Mei 2020 di mana karyawan menunjukkan keberadaan ratusan kelompok anti-karantina.

Dikutip The Verge, Senin (21/2), pada Juli tahun lalu, Presiden Joe Biden menuduh Facebook dan platform sosial lainnya membunuh orang dengan informasi yang salah tentang Covid-19 dan vaksinnya. Haugen membocorkan dokumen internal Facebook yang dijuluki Facebook Papers ke Wall Street Journal tahun lalu.

Dia telah bersaksi di depan Kongres untuk membahas kemungkinan perubahan pada Bagian 230, undang-undang yang melindungi situs web dari pertanggungjawaban hukum atas konten ilegal yang mungkin diposting pengguna. Sampai saat ini, Meta dan SEC tidak segera menanggapi permintaan komentar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement