Selasa 22 Feb 2022 13:21 WIB

Harga Kedelai Naik, Keuntungan Perajin Tahu di Solo Raya Turun

Harga kedelai merangkak naik dari Rp 7.500 menjadi Rp 11 ribu per kilogram.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Salah seorang perajin tahu mengurangi produksi karena harga kedelai naik (ilustrasi).
Foto: Republika/Bayu Adji P.
Salah seorang perajin tahu mengurangi produksi karena harga kedelai naik (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Sejumlah perajin tahu di wilayah Solo Raya mengaku mengalami penurunan keuntungan hingga hampir 50 persen akibat harga kedelai yang terus mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir. Salah satu perajin dari UD Alam Jaya di Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Adi mengatakan, kenaikan harga sudah terjadi sejak satu tahun yang lalu. 

Dia mengatakan kenaikan harga terjadi secara bertahap. "Naiknya nggak langsung, pelan-pelan, dari Rp 7.500 per kilogram (kg) terus naik jadi Rp 11.000 per kg sekarang," katanya di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (22/2/2022).

Baca Juga

Dia mengatakan untuk bahan baku kedelai dibelinya dari toko yang biasanya mendatangkan barang dari Semarang. Menurut dia, harga dari distributor di Semarang sudah naik sehingga berdampak pada harga yang tinggi di tingkat konsumen. "Ini harga yang paling tinggi," kata Adi.

Untuk menyiasati kenaikan harga bahan baku tersebut, ia mengaku, cukup kesulitan. Menurut Adi, jika harga jual tahu ikut dinaikkan, pedagang yang biasa disetori tidak mau menerima karena mengaku kesulitan menjual. Oleh karena itu, dia menyiasati dengan memperkecil potongan tahu.

Sementara itu, sambung dia, pada produksinya untuk 5 kg kedelai bisa menghasilkan dua papan tahu berukuran besar. Jika dirupiahkan, untuk satu papan tahu tersebut seharga Rp 70.000. "Kalau harga kedelai Rp 11.000 per kg kan jadinya Rp 55.000, terus ongkos produksi Rp 10.000, belum plastiknya, belum ongkos transportasinya. Jadi kami akhirnya menyiasati dengan potongan itu," kata Adi.

Bahkan, menurut dia, jika kualitas kedelai tidak terlalu bagus maka kedelai yang dibutuhkan juga akan makin banyak, yakni jika seharusnya cukup membutuhkan 5 kg kedelai menjadi 6 kg kedelai.

Perajin lain yang ada di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Diman juga mengaku, mengalami penurunan keuntungan. Bahkan, ia menyebut, jika biasanya butuh 1,5 kuintal kedelai per hari, sejak harga naik untuk kebutuhan bahan bakunya turun menjadi 1 kuintal per hari. Dari 1 kuintal kedelai tersebut, Diman bisa menghasilkan sebanyak 400 potong tahu berukuran kecil atau 200 potong tahu berukuran besar.

Selanjutnya, ia bisa memperoleh keuntungan kotor sebesar Rp 600 ribu. "Tapi buat bayar ini itu Rp 500.000, hanya sisa Rp 100.000 buat makan. Soalnya saya kan juga harus memberi upah pekerja," kata Diman.

Kepala Dinas Perdagangan Kota Surakarta Heru Sunardi mengatakan, sudah ada skenario dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk impor kedelai menyusul kenaikan harga komoditas tersebut yang terus terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Untuk pasokannya kepada konsumen termasuk di dalamnya perajin tempe dan tahu, kata dia, tergantung dari mekanisme yang akan diterapkan oleh pemerintah pusat.

"Apakah Bulog dapat penugasan atau tidak, atau kah importir langsung ke pemasok," kata Heru. Dia menambahkan, tujuan utama dari impor kedelai tersebut utamanya untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement