Mahasiswa ITS Daur Ulang Air Limbah Ekstraksi Minyak
Rep: Dadang Kurnia/ Red: Muhammad Fakhruddin
Mahasiswa ITS Daur Ulang Air Limbah Ekstraksi Minyak (ilustrasi). | Foto: Republika/Wihdan Hidayat
REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang tergabung dalam TEL-U Team membuat inovasi sistem daur ulang air limbah ekstraksi minyak agar dapat dipergunakan kembali, sekaligus sebagai upaya penghematan air.
Tyara Novia Andhin sebagai ketua tim menjelaskan, ide pembuatan sistem tersebut karena proses ekstraksi minyak bumi yang masih terperangkap dalam lapisan batuan menghasilkan limbah air dalam jumlah yang besar.
Salah satu metode ekstraksi minyak bumi yang terkandung dalam lapisan batuan ialah dengan teknik hydraulic fracturing. Teknik ini diterapkan untuk meretakkan dinding batuan di dalam sumur yang sudah digali, selanjutnya minyak pada batuan disalurkan kembali ke permukaan.
“Proses ini membutuhkan injeksi fluida untuk membuat dan memperpanjang pecahan batu,” kata Tyara, Kamis (24/2).
Tyara memaparkan, injeksi fluida terdiri dari 95 persen air, 4 persen propan berupa pasir, dan 1 persen campuran bahan kimia lain. Setidaknya dibutuhkan 5 juta barel air yang setara dengan 19.700 kolam renang Olimpiade.
Tyara melanjutkan, air tersebut akan diinjeksikan ke dalam sumur batuan lalu akan naik kembali dengan sendirinya ke permukaan bersama dengan minyak bumi. Setelah dilakukan pemisahan air dan minyak, limbah air yang bercampur dengan kotoran dan air tanah ini akan dibuang. Namun hanya dengan treatment seperlunya tanpa ada perlakuan khusus.
“Selain pemborosan air, limbah dapat membahayakan bagi lingkungan sekitar,” ujarnya.
Tyara mengatakan, sistem daur ulang yang digagas timnya mengkombinasikan tiga metode sekaligus. Yaitu electrocoagulation, nanofiltration, dan pervaporation. Melalui metode ini, air dapat digunakan hingga tiga kali pemakaian dalam proses ekstraksi minyak.
Tyara melanjutkan, limbah air akan melalui proses electro coagulation terlebih dahulu untuk mengendapkan padatan kimia, ion logam berat, serta senyawa organik lainnya yang tekandung dalam limbah air. Endapan dan gumpalan ini akan dipisahkan dari air oleh membran berukuran nano pada proses nanofiltration.
Pada tahap terakhir, air akan diproses dengan metode pervaporation yang memanfaatkan membran hidrofilik. Membran ini sangat efektif dalam menghilangkan kandungan garam yang sangat tinggi pada air akibat limbah yang bercampur dengan air tanah.
Membran hidrofilik hanya akan menarik kandungan air, sehingga garam dan partikel tersisa dapat terpisah dari air dengan efektivitas mencapai 99 persen. “Pervaporation mampu menangani air dengan kandungan garam hingga 250 miligram per liter,” kata dia.