REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan produksi jagung nasional 2022 mencapai 23,1 juta ton kadar air (KA) 25 persen atau setara 20,1 juta ton KA 15 persen. Target tesebut hampir sama dengan tahun lalu yang sebesar 23 juta ton.
Koordinator Jagung dan Serealia Lain, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementan, Indra Rochmadi, menyampaikan, target produksi itu dicapai dengan asumsi luas tanam sebesar 4,26 juta hektare (ha) dan luas panen 4,11 juta ha.
Dengan tingkat luas tanam dan panen itu, produktivitas diperkirakan sebesar 5,61 ton per ha. "Khusus untuk perkiraan produksi jagung Januari-April 2022 diperkirakan mencapai 12,2 juta ton untuk KA 27 persen. Ini merupakan hasil dari musim tanam periode Oktober 2021-Januari 2022," kata Indra dalam Webinar Forum Wartawan Pertanian, Kamis (24/2/2022).
Lebih lanjut, ia menyampaikan, Kementan telah menetapkan sejumlah kebijakan untuk mengejar target produksi tersebut. Di antaranya melalui pengembangan lahan kering, mekanisasi budidaya jagung, penggunaan varietas unggul, serta jaminan sarana prasarana produksi.
Upaya ekstensifikasi jagung dengan pembukaan area tanam baru juga akan dilakukan sekaligus pengembangan wilayah khusus. Kementan siap bekerja sama dengan BUMN, industri pakan ternak, dan lembaga non pemerintah untuk mengawal kegiatan produksi jagung tahun ini.
Selain itu, Kementan pada tahun ini masih akan terus menggencarkan Kredit Usaha Rakyat untuk dimanfaatkan petani dalam membantu permodalan. "Sampai tahun ini, kita masih mengandalkan KUR juga para penyuluh untuk membantu petani. Sebisa mungkin kita jaga sebisa mungkin untuk tidak impor," ujar Indra.
Pihaknya mengakui, kegiatan budidaya jagung yang didanai oleh pemerintah tahun ini cukup terbatas. Itu karena ketersediaan anggaran negara yang sangat kecil.
Peningkatan signifikan produksi jagung diharapkan bisa mulai dilakukan pada tahun 2023. Ditargetkan produksi bisa mencapai 30 juta ton KA 25 persen atau setara 26,1 juta ton KA 15 persen. Kemudian, kembali meningkat tahun 2024 sebanyak 35 juta KA 25 persen atau 30,7 juta ton KA 15 persen.
Direktur PT Datu Nusra Agrobisnis, salah satu koperasi jagung ternama di Nusa Tenggara Barat, Dean Novel, kualitas produksi jagung tahun ini kemungkinan mengalami penurunan kualitas. Itu disebabkan oleh serangan hama tikus yang cukup masif.
Gangguan tersebut juga pernah dialami para petani jagung tahun 2019 lalu di mana terdapat serangan hama ulat grayak yang menyebabkan petani jagung mengalami kerugian besar.
Dean mengatakan, ke depan, pengelolaan jagung nasional harus dilakukan dengan teknologi blockchain. Hal itu untuk menjaga kontinuitas produksi jagung karena permintaan akan jagung terjadi sepanjang tahun.
"Blockchain harus dibuat agar kita bisa menjawab permintaan yang butuhnya konsisten bukan situasional. Jadi era saat ini sudah bergeser," kata dia.