REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Rudal-rudal menghantam Kiev, Ukraina pada Jumat (25/2/2022) ketika pasukan Rusia terus merangsek masuk ke negara itu. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy meminta komunitas dunia untuk lebih banyak bertindak.
Sirene serangan udara meraung di ibu kota berpenduduk tiga juta jiwa itu dan sejumlah warga berlindung di stasiun kereta bawah tanah. Seorang pejabat Ukraina mengatakan sebuah pesawat Rusia telah ditembak jatuh dan hancur usai menimpa sebuah bangunan.
Seorang pejabat senior Ukraina mengatakan pasukan Rusia akan memasuki daerah-daerah di sekitar Kiev pada Jumat dan tentara Ukraina sedang mempertahankan posisi mereka di garis depan meski kalah banyak.
Sekitar 100.000 orang pergi menyelamatkan diri ketika ledakan dan tembakan mengguncang kota-kota besar. Puluhan orang dilaporkan tewas. Tentara Rusia merebut bekas pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl di utara Kiev ketika mereka bergerak dari Belarus.
Warga Ukraina membagikan rekaman yang belum jelas sumbernya pada Jumat tentang kapal perang Rusia yang memerintahkan tentara Ukraina di pos terluar Laut Hitam untuk menyerah. Tentara Ukraina lalu membalas: "Kapal perang Rusia, persetan!"
Zelenskiy mengatakan ke-13 tentara itu tewas oleh serangan Rusia dan akan menerima penghargaan anumerta. Presiden Ukraina itu mengatakan dia mengerti tentara Rusia ingin membinasakannya tapi dia bertekad untuk bertahan di Kiev.
"Musuh telah menandai saya sebagai target nomor satu," kata Zelenskiy, memperingatkan lewat pesan video.
"Keluarga saya adalah target nomor dua. Mereka ingin memusnahkan Ukraina secara politik dengan menghancurkan kepala negaranya."
"Saya akan bertahan di ibu kota. Keluarga saya juga di Ukraina," kata dia.
Zelenskiy mengatakan agresi yang terus dilakukan Rusia terhadap negaranya menunjukkan bahwa sanksi yang dikenakan Barat pada Moskow tidak cukup.
Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis melancarkan invasi yang mengejutkan dunia. Tujuan Putin sesungguhnya dengan invasi itu masih belum jelas. Dia mengatakan bahwa ia tidak berencana menduduki negara itu secara militer, hanya melucuti persenjataan mereka dan menyingkirkan pemimpinnya.
Namun, setelah mengatakan bahwa Ukraina tidak sah sebagai negara, sulit dipahami jika dia hanya berusaha mengganti kepemimpinan lalu menarik pasukannya. Rusia belum menyebut satu pun nama seseorang yang dianggap dapat diterima dan belum ada seorang pun yang maju untuk menjadi pemimpin baru Ukraina.