Perlu Upaya Hindari Dampak Negatif Pembelajaran Daring
BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Pandemi Covid-19 kembali meningkat. Hal itu menyebabkan sekolah ataupun universitas kembali menerapkan pembelajaran daring di rumah masing-masing.
Pembelajaran daring perlu diawasi oleh semua pihak yang berkepentingan di dunia pendidikan formal, begitu yang dikatakan Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Muhammadiyah Bandung (UMBandung) Siti Chadijah.
Siti mengatakan, terdapat beberapa dampak negatif yang dirasakan dalam pembelajaran secara daring, seperti berlebihnya penggunaan gadget untuk bermain game online dibandingkan dengan pembelajaran.
”Banyak orang tua tidak ngeh dengan anak-anak mereka yang bermain game sehingga kecanduan game ini menjadi polemik yang bekepanjangan,” ucap Siti.
Anak-anak yang kecanduan game online, ungkap Siti, dapat menghambat perkembangan fisik anak, yang harusnya masih terus berkembang.
”Selain itu, pengonsumsi game telalu berlebihan dapat menyebabkan penurunan motivasi belajar anak secara drastis,” katanya.
Selain itu, dampak dari pembelajaran daring juga berpengaruh terhadap orang tua ataupun pengajar dalam kegiatan belajar-mengajar tersebut.
”Dampaknya membuat orang tua di rumah mengalami kebosanan tingkat tinggi. Sedangkan guru kurang maksimal dalam menyampaian materi,” tutur Siti.
Siti pun menyebut beberapa indikator agar penyelenggaraan kegiatan belajar dan mengajar di institusi pendidikan tercapai maksimal.
Misalnya, memegang prinsip tawakal, capaian tujuan pendidikan, teguh memegang konsep belajar, dan mempunyai kepekaan serta keprihatinan akan masa depan siswa khususnya dan bangsa secara umum.
”Setiap institusi pendidikan harus yakin mempunyai upaya yang maksimal untuk penyelenggaraan pendidikan di tempatnya masing-masing,” tegasnya.
Tak hanya itu, untuk mencapai penyelenggaran pendidikan yang maksimal, ada beberapa cara yang harus dilakukan, seperti menerapkan shift pembelajaran di setiap kelas.
”Misalnya ada sekolah yang menerapkan dua shift untuk satu kelas, sehingga guru harus mengajar dua kali untuk kelas yang sama dengan materi yang sama,” ungkap Siti.
Lebih jauh, para institusi pun bisa menyelenggarakan aktivitas kesehatan seperti olahraga dan makan makanan bernutrsi untuk perkembangan tubuh.
”Misalnya setelah belajar di kelas siswa harus 2 kali kelililng lapangan olahraga dengan lari-lari kecil, lalu mendukung siswa dengan vitamin C atau dengan minum susu di sekolah,” tuturnya.
Hal tersebut perlu dilakukan agar tujuan pendidikan dalam membahagiakan anak didiknya dapat terealisasikan.
”Saya kira siswa akan lebih bahagia bersekolah dan sedikit demi sedikit menghilangkan rasa stres karena takut pandemi,” tandas Siti.***(Firman Katon)