Rabu 02 Mar 2022 16:25 WIB

Ikappi: Harga Daging Sapi di Pasar Tradisional Tembus Rp 140 Ribu per Kg

Permintaan daging sapi di dalam negeri menurut Ikappi tidak tinggi.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Pedagang daging memotong daging sapi di PD Pasar Jaya Kramat Jati, Jakarta (ilustrasi). Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyampaikan, pergerakan harga daging sapi/kerbau di pasar tradisional terus mengalami kenaikan meskipun belum ada kenaikan permintaan. Harga bahkan telah mencapai Rp 140 ribu per kilogram (kg).
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Pedagang daging memotong daging sapi di PD Pasar Jaya Kramat Jati, Jakarta (ilustrasi). Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyampaikan, pergerakan harga daging sapi/kerbau di pasar tradisional terus mengalami kenaikan meskipun belum ada kenaikan permintaan. Harga bahkan telah mencapai Rp 140 ribu per kilogram (kg).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyampaikan, pergerakan harga daging sapi/kerbau di pasar tradisional terus mengalami kenaikan meskipun belum ada kenaikan permintaan. Harga bahkan telah mencapai Rp 140 ribu per kilogram (kg).

"Kami juga kaget karena ini permintaan tidak tinggi tapi kok harga naik? Ini persoalan, berarti memang sumbernya dari hulu," kata Sekretaris Jenderal Ikappi, Reynaldi, kepada Republika.co.id, Rabu (2/3/2022).

Baca Juga

Reynaldi mengatakan, rata-rata harga daging di pasar tradisional sebelumnya pada kisaran Rp 105-Rp 115 ribu per kg. Adapun jenis daging yang dijual di pasar tradisional masih didominasi oleh daging segar sesuai keinginan konsumen dan kemampuan pedagang kecil.

Sementara itu, mengutip Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Rabu (2/3/2022), rata-rata nasional harga daging sapi kualitas 1 sebesar Rp 130.150 per kg, naik 0,23 persen dari hari sebelumnya. Sementara harga daging sapi kualitas 2 sebesar Rp 121.100 per kg, naik 0,08 persen dari Selasa (1/3/2022).

Ia pun memastikan, berdasarkan pengakuan pedagang, harga jual daging dari rumah potong hewan (RPH) sudah tinggi. Menurutnya, jika kenaikan harga tak terbendung, pedagang bisa menahan diri untuk berjualan daging karena keuntungan yang semakin tipis lantaran harga jual kepada konsumen yang tak bisa dinaikkan serta merta.

"Makanya kami dorong pedagang untuk terus berdagang demi konsumen dan juga pihak ketiga yang membutuhkan daging untuk berjualan seperti pedagang bakso, warung makan dan semuanya yang butuh daging," kata Reynaldi.

Lebih lanjut, menurutnya, di tengah kenaikan harga saat ini, pasokan daging di pasar tradisional masih bisa terjaga. Memang, sekitar dua pekan yang lalu sempat terjadi penurunan pasokan daging di Pasar Kramat Jadi yang menjadi pusat namun belum diketahui penyebab pastinya.

"Kami tentunya mendorong pemerintah agar bisa lebih mengoptimalisasikan sentra-sentra produksi daging sapi dalam negeri. Bagaimanapun caranya agar kita bisa surplus," kata dia. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement