Selasa 08 Mar 2022 03:57 WIB

Harga Daging, Telur dan Cabai di Cirebon Merangkak Naik

Kenaikan harga itu membuat modal yang harus dikeluarkannya menjadi bertambah besar.

Rep: lilis sri handayani/ Red: Hiru Muhammad
Pedagang menata telur ayam di Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (1/3/2022). Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan terjadi deflasi sebesar 0,02 persen sepanjang Februari 2022. Terjadinya deflasi akibat penurunan harga sejumlah komoditas pangan di bulan lalu seperti minyak goreng, telur ayam ras, serta daging ayam ras.Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika
Pedagang menata telur ayam di Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (1/3/2022). Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan terjadi deflasi sebesar 0,02 persen sepanjang Februari 2022. Terjadinya deflasi akibat penurunan harga sejumlah komoditas pangan di bulan lalu seperti minyak goreng, telur ayam ras, serta daging ayam ras.Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON--Harga berbagai komoditas pangan di pasar tradisional di Kota Cirebon mengalami kenaikan. Kondisi itu memberatkan konsumen maupun pedagang.

Di Pasar Pagi Kota Cirebon, kenaikan harga terjadi pada ayam potong dari Rp 28 ribu per kilogram (kg) menjadi Rp 30 ribu hingga Rp 32 ribu per kg. ''Naiknya sudah dari pemasoknya,'' kata seorang pedagang ayam potong, Sutrisno, Senin (7/3).

Baca Juga

Selain ayam potong, harga telur ayam juga naik. Pada Ahad (6/3), telur ayam masih dihargai Rp 23 ribu per kg. Namun hari ini, harganya naik menjadi Rp 24.500 per kg. Sedangkan untuk daging sapi has dalam, juga naik dari Rp 125 ribu per kg menjadi Rp 130 ribu per kg. 

Tak hanya daging dan telur, kenaikan harga juga terjadi pada komoditas cabai. Untuk cabai rawit merah, harganya kini sudah mencapai Rp 70 ribu per kg. Padahal sebelumnya, harga komoditas tersebut hanya di kisaran Rp 40 ribu per kg.Kenaikan juga terjadi pada cabai merah, yakni dari Rp 35 ribu per kg kini menjadi Rp 50 ribu per kg. 

Salah seorang pedagang sayuran di pasar tersebut, Ilah, mengaku tidak mengetahui penyebab kenaikan harga cabai. Dia memperkirakan, kondisi itu dipengaruhi musim hujan yang biasanya membuat hasil panen berkurang dan cabai pun menjadi cepat busuk.''Kenaikan harga juga biasanya terjadi kalau mau bulan puasa. Tapi ini puasa kan masih sebulan lagi,'' tutur Ilah.

Ilah mengatakan, kenaikan harga itu membuat modal yang harus dikeluarkannya menjadi bertambah besar. Sedangkan penjualan kepada konsumen menurun karena mereka mengurangi pembeliannya. 

Salah seorang ibu rumah tangga asal Majasem, Kota Cirebon, Hidayah, mengungkapkan, kenaikan harga bahan pangan itu memberatkan masyarakat. Dia berharap pemerintah bisa menjaga agar kenaikan harga bahan pangan tidak terlalu tinggi.''Naiknya harga barang-barang di pasar membuat pengeluaran jadi bertambah besar,'' keluh Hidayah. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement