REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Ambon menyatakan, sebanyak 600 dari 13.122 anak di Kota Ambon mengalami pertumbuhan tidak maksimal atau kerdil. "Sedikitnya 600 anak usia 0-59 bulan di 38 lokus yang menjadi prioritas di Kota Ambon mengalami pertumbuhan yang pendek dan sangat pendek atau kekerdilan," kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Ambon, Yusda Tuharea di Kota Ambon, Provinsi Maluku, Selasa (8/3/2022).
Dia mengatakan, 38 lokus tersebar di lima kecamatan, yang terbanyak di Desa Wayame, yakni 75 balita dari sasaran 364 balita. Adapun usia 0-23 bulan sebanyak 30 balita dan usia 24-59 bulan ada 45 balita atau 12,9 persen. Selanjutnya Kelurahan Tihu dan Rijali sebanyak 35 balita.
Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon, kata Yusda, pada 2021, menetapkan 12 lokus kekerdilan yang ada di empat kecamatan. Di tahun 2022, meningkat menjadi 38 lokus di lima kecamatan. "Kami berkomitmen menekan angka kekerdilan hingga 14 persen pada 2024," katanya.
Dinkes Kota Ambon terus melakukan sosialisasi program 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), yang merupakan fase kehidupan yang dimulai sejak terbentuknya janin pada saat kehamilan (270 hari) sampai anak berusia dua tahun (730 hari). "Pada periode inilah organ vital (otak, hati, jantung, ginjal, tulang, tangan atau lengan, kaki dan organ tubuh lainnya) mulai terbentuk dan terus berkembang," kata Yusda.
Selain itu, penanganan dilakukan komprehensif mulai dari remaja melalui program pelayanan kesehatan peduli remaja, yakni konseling kesehatan reproduksi, pemberian tablet tambah darah bagi remaja dan wanita usia subur. Kemudian, ibu hamil dilakukan pemeriksaan antenatal care (Anc), ibu bersalin, pemantauan ibu nifas dan pemeriksaan bagi bayi 0-6 bulan.
"Kasus kekerdilan ini sesungguhnya dipicu oleh sejumlah faktor, antara lain pola asuh dan pola gizi, sehingga harus dilakukan pendampingan," ujar Yusda.