REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia mengancam akan melakukan embargo pasokan gas ke Barat. Langkah itu bakal diambil jika ada sanksi berupa larangan impor minyak dari negara tersebut.
"Sehubungan dengan tuduhan tidak berdasar terhadap Rusia mengenai krisis energi di Eropa serta pengenaan larangan Nord Stream 2, kami memiliki hak untuk mengambil keputusan yang cocok dan memberlakukan embargo pada pemompaan gas melalui pipa gas Nord Stream 1. Tapi sejauh ini kami tidak mengambil keputusan seperti itu,” kata Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak, dikutip Sky News, Selasa (8/3/2022).
Bulan lalu, Jerman diketahui menghentikan pembukaan pipa gas Nord Stream 2 yang baru. Itu merupakan respons Berlin atas langkah Rusia menyerang Ukraina. Novak mengatakan, harga minyak bisa melonjak menjadi 300 dolar AS per barel jika Amerika dan sekutunya menerapkan larangan impor minyak dari Rusia. “Penolakan minyak Rusia akan menyebabkan konsekuensi bencana bagi pasar global,” ujarnya.
Rusia merupakan produsen minyak terbesar ketiga di dunia. Tapi ia menjadi pengekspor terbesar. Sebanyak 30 persen minyak dan 40 persen gas yang dipasok ke Uni Eropa berasal dari Rusia. Saat ini tengah muncul seruan agar Barat menghentikan impor energi dari Moskow. Hal itu guna memberi tekanan lebih besar kepada negara tersebut untuk menyetop serangannya ke Ukraina.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengungkapkan, pemerintahannya sedang mempertimbangkan larangan impor minyak Rusia, Dia pun tengah mengkaji tindakan lain yang akan membatasi dampak pada harga bahan bakar minyak (BBM).
Biden menggelar konferensi video dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Senin (7/3/2022). Biden mendorong dukungan mereka terkait penerapan larangan impor energi dari Rusia. Jerman, sebagai pembeli terbesar minyak mentah Rusia, telah menolak rencana pelarangan impor tersebut.
Scholz mengungkapkan, Jerman mempercepat rencananya untuk memperluas penggunaan sumber energi alternatif. Namun mereka tidak bisa menghentikan impor energi dari Rusia dalam semalam atau waktu singkat.
Sementara itu Boris Johnson mengatakan, dunia perlu bergerak secepat mungkin untuk menghilangkan ketergantungan pasokan energi dari Rusia. Tapi dia mengakui perlu ada periode transisi selangkah demi selangkah.