REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Proses pembangunan skybridge atau jembatan layang yang menghubungkan Stasiun Bojonggede dengan Terminal Tipe C Bojonggede, Kabupaten Bogor dijadwalkan dapat dimulai pada April 2022. Saat ini proses pelelangan pekerjaan tersebut sedang berlangsung, dan diharapkan pemenang lelang dapat ditetapkan akhir bulan ini.
“Jadi kita harapkan groundbreaking dapat dilakukan pada bulan April,” kata Direktur Prasarana Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Jumardi, Kamis (10/3/2022).
Jumardi menjelaskan, jembatan tersebut sepenuhnya dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) senilai Rp 16,5 miliar, melalui anggaran BPTJ Tahun 2022. Sementara, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor mengalokasikan anggaran sekitar Rp 4 miliar untuk kebutuhan pembebasan lahan.
Menurut Jumardi, Stasiun Bojonggede merupakan salah satu stasiun kereta di Jabodetabek dengan jumlah penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) terpadat. Sehingga, keberadaan jembatan layang ini diharapkan dapat mengurangi kesemrawutan kondisi lalu lintas di sekitar Stasiun Bojonggede, yang masih terjadi saat ini.
“Sehari-hari sebelum pandemi Covid-19, Stasiun Bojonggede dipadati penumpang KRL hingga 65 ribu orang atau 1,86 juta orang per bulan. Terpadat ketiga setelah Stasiun Bogor dan Stasiun Bekasi,” paparnya.
Dengan jumlah penumpang yang demikian padat, sambung dia, Stasiun Bojongede belum didukung dengan keteraturan lingkungan di sekitarnya. Perpindahan moda penumpang KRL dari angkot, kendaraan pribadi maupun ojeg ke stasiun dilakukan di sembarang tempat.
Jumardi menyebutkan, hal itulah yang selalu menimbulkan kemacetan dan kesemrawutan yang parah. Terutama pada jam-jam sibuk saat orang berangkan dan pulang kerja.
Ketika jembatan layang itu hadir, Jumardi berharap bisa memudahkan penataan perpindahan moda. Jadi, angkot cukup berhenti di terminal dan penumpang yang akan berlanjut naik KRL dapat mengakses jembatan layang menuju stasiun.
“Demikian pula untuk kendaraan pribadi maupun ojek nantinya akan diatur untuk berhenti atau parkir di terminal sehingga para penumpangnya yang akan ke Stasiun Bojonggede cukup mengakses jembatan layang,” ujar dia.
Lebih lanjut, Jumardi menjelaskan, jembatan layang tersebut akan membentang sepanjang 243 meter dengan lebar 3 meter, menghubungkan Stasiun Bojonggede dan Terminal Angkutan Tipe C Bojongede. Pada masing-masing ujungnya baik dari sisi stasiun dan terminal akan dilengkapi dengan area semacam hall atau ruang besar.
Dimana hall tersebut akan dilengkapi dengan fasilitas eskalator, ramp atau jalur melandai untuk penyandang disabilitas, toilet, musholla, tapping gate dan ruangan loket. Sementara itu hall pada sisi terminal akan dilengkapi dengan ramp untuk penyandang disabilitas, toilet dan musolah.
Sekretaris Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Bogor, Muslim Akbar, mengatakan Pemkab Bogor dalam hal ini merupakan pendukung kegiatan yang dilaksanakan oleh BPTJ. Sebab pembangunan jembatan layang ini dilakukan di wilayah Kabupaten Bogor.
Muslim mengatakan, Pemkab Bogor dalam pembangunan jembatan layang ini bertugas untuk melakukan pembebasan lahan. Dimana luas area lahan yang dibebaskan sekitar 280 meter persegi, yang ada di area terminal. Saat ini, kata dia, Pemkab Bogor tengah melakukan pembebasan lahan secara bertahap.
“Pembebasan lahan kita lakukan sesuai tahapan-tahapan, dan mudah-mudahan dapat selesai sampai dengan waktu pembangunan,” tuturnya.
Di samping itu, selama pembangunan nanti Terminal Tipe C Bojonggede tetap berfungsi seperti biasa. Dia berharap, jembatan layang Bojonggede bisa selesai sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.
“Mudah-mudahan dapat sesuai dengan waktu, baik yang telah ditetapkan BPTJ maupun Dishub sebagai pendukungnya. Seperti pembebasan lahan kita akan terus melakukan sehingga nanti akan singkron antara kegiatan BPTJ dan kegiatan kita teruwujud pada 2023,” kata dia.
Bupati Bogor, Ade Munawaroh Yasin, mengatakan keberadaan skybridge tidak akan mengganggu warga yang berada di bawahnya. Apalagi lahan yang akan dibebaskan memang milik PT KAI.
“Skybridge kan nggak mengganggu mereka, ada di atas gitu untuk jalan ke stasiun, jadi nggak ganggu di bawah. Kita hanya butuh tanah untuk mukanya dan belakangnya, kalau (jembatannya) di atas kan di udara,” tuturnya.
Lebih lanjut, Ade Yasin mengatakan, ditargetkan sky bridge ini selesai pada 2022. Dengan memindahkan arus penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) dan angkutan umum ke skybridge, diharapkan kemacetan bisa berkurang 50 persen.