REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Okty Lestari (33 tahun), mengawali karirnya di usaha bakery dan pastry dengan cara tidak mudah. Awalnya, Okty hanya seorang pegawai operator garment di Kota Bogor. Di sisi lain, ia membantu ibunya yang sedari awal memiliki usaha di bidang bakery dan catering. Terutama dalam membuat roti.
Tidak pernah disangka, usaha yang awalnya digeluti Okty dari membantu ibunya ternyata menjadi langkah awal kesuksesannya. Pesan dari almarhumah ibu Okty untuk terus berusaha, membuat usaha bakery bernama Bread Mom ini terus berkembang.
Awalnya, roti yang dibuat dan dijual Okty tidak memiliki merek dan perizinan. Bahkan, jenis roti yang ditawarkan hanya roti manis. Penjualannya dilakukan dengan cara dititip di toko-toko kue yang tentunya membuat roti Okty bersanding dengan roti lain yang sudah terkenal.
Terkendala pemasaran dan sumber daya manusia (SDM), Okty lantas memroduksi, menjajakan, dan memasarkan rotinya seorang diri. Salah satunya dengan membuka stand kecil di Lapangan Sempur tiap sepekan sekali. Dari situ, permintaan pasar sedikit demi sedikit meningkat.
“Waktu lagi jajakan dagangan, saya kasih kartu nama ke yang beli. Dikenallah pelan-pelan. Akhirnya buka pre order (PO) melalui Facebook dan Blackberry Messenger (BBM) waktu itu. Jadi saya produksi berdasarkan pesanan,” kata Okty seperti dikutip di channel Youtube Jaga Lilin.
Breads Mom pun mulai disukai oleh banyak kalangan. Roti manis yang dibuat rumahan tanpa bahan pengawet berbahaya, membuat para konsumennya merasakan kelembutannya secara murni.
Lambat laun, Breads Mom pun dipercaya oleh beberapa instansi untuk membuat snack box. Mulai dari rumah sakit, hotel, bahkan Istana Kepresidenan Bogor. Serta lama kelamaan terus berkembang dari roti manis hingga 50 jenis bakery dan pastry.
“Awal mula ke Istana Bogor karena nggak sengaja customer minta dikirim paket tumpeng komplit dan jajanan pasar ke Istana Bogor. Ternyata rasanya cocok. Setelah dilakukan test food, masuk penentuan harga, dari situ pesanan dari Istana Bogor datang,” tutur wanita berkaca mata ini.
Okty mengakui, ia mulai menguasai bidang bakery dan pastry karena terbiasa melihat dan membantu ibunya. Di saat ibunya jatuh sakit karena kanker payudara stadium akhir, Okty mau tidak mau mengundurkan diri dari pekerjaannya di perusahaan garment.
Hal itu diputuskannya lantaran selama bekerja ia terlalu banyak mengambil cuti untuk mengurus ibunya. Belum lagi banyak utang yang harus dilunasi Okty selama ibunya sakit.
Di kala ibunya hanya bisa berbaring lemah di tempat tidur, Okty pun mulai belajar membuat roti-roti lain. Sambil diberi arahan oleh sang ibu tercinta.
“Nggak pernah kebayang kalau itu harus terjadi. Saya kala itu juga harus banyak melakukan kilas balik terhadap ingatan ibu karena terdampak kemoterapi,” tuturnya.
Setahun berselang, ibu Okty harus dipanggil Yang Maha Kuasa. Kenyataan itu membuat Okty harus terjun langsung melanjutkan usaha ibunya. Mengingat sang ibu bukan orang yang mudah patah semangat.
Dengan kondisi tertatih-tatih ditinggal ibunda dan harus membayar cicilan utang, Okty melanjutkan usaha bakery ini dengan duka yang dirasakan. Beruntung ia memiliki keahlian dan fokus yang tinggi saat bekerja.
“Pesan ibu saya ‘terus buat roti yang banyak, jangan kembali bekerja’. Itu pesan mendalam yang singkat, tapi mengisyarakatkan saya agar terus berusaha,” ucap Okty.
Saat ini, selain memproduksi dan menjajakan roti, pastry, dan kue buatannya, Okty pun mengajar kursus beberapa calon pengusaha bakery dan pastry. Dari situ ia bersyukur orang-orang yang pernah belajar darinya turut membuka usaha.
“Sering berbagi. Dapat doa dari yang dibantu. Punya karyawan yang totalitas sama-sama berjuang dari bawah. Terus berusaha kalau punya tujuan besar yang jngin dicapai,” imbuhnya.
Saksikan kisah lengkapnya di video ini: