Oleh : Juznia Andriani
REPUBLIKA.CO.ID, Banyak pemustaka berkunjung ke perpustakaan untuk mencari informasi karena ada tugas atau sekedar rekreasi dengan membaca buku. Namun di Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian ( PUSTAKA) Bogor, pemustaka akan mendapatkan pengalaman yang menarik.
Terkenal dengan nama Bibliotheca Bogoriensis yang berdiri di tahun 1842, PUSTAKA mempunyai koleksi sekitar sepuluh ribuan buku yang usianya lebih dari seratus tahun. Buku tersebut berisi tentang informasi pertanian sejak masa kolonial Belanda. Di PUSTAKA buku tersebut dikategorikan koleksi buku antikuariat. Disebut antikuariat karena usianya diatas 50 tahun, bukunya unik dan langka.
Ada beberapa buku koleksi antikuariat yang unik karena sampulnya. Sampul buku ada yang terbuat dari kulit lembu, dari pelepah pisang dan kulit reptile serta dari kaleng besi. Keunikan lainnya adalah ukurannya yang besar. Meskipun tua usianya, gambar atau ilustrasi yang ada dalam buku tersebut sangat mengagumkan. Obyek digambarkan sangat detail dengan warna yang menarik seperti yang tercantum dalam buku berjudul Cactussen karya A.J. van Laren tahun 1931.
Menurut ALA Glossary of Library term, buku langka adalah buku yang sudah tua, jarang, atau susah ditemukan di toko buku. Koleksi antikuariat di PUSTAKA kebanyakan terbit abad 16 dan 17 dengan edisi terbatas, unik dan ada nilai sejarahnya. Banyak pemustaka dari dalam dan luar negeri yang tertarik dengan koleksi antikuariat PUSTAKA. Mereka memerlukan buku tersebut untuk penyusunan tesis atau disertasi yang terkait dengan dunia pertanian di masa kolonial hingga sekarang.
Dari beberapa ilustrasi di buku antikuariat, pemustaka dapat belajar perkembangan atau sejarah tentang lokasi atau peristiwa. Banyak sekali foto yang mengilustrasikan suatu bangunan atau lokasi yang masih ada dan tidak berubah sampai saat ini. Bagi pemustaka yang paham tentang lokasi tersebut akan membawa nostalgia ke masa lalu.
Salah satu buku antikuariat yang menarik adalah Het Amboinsche Kruid-Boek karya Georgius Everhardus Rumphius yang terbatas eksemplarnya. Buku ini berisi berbagai jenis tumbuhan hasil ekspedisi penulisnya. Rempah yang menjadi komoditas primadona menjadi subjek utama dalam buku ini. Dari buku ini pemustaka belajar tentang botani dari suatu species tumbuhan yang nantinya menarik bangsa asing datang ke Indonesia. Kebanyakan buku antikuariat ditulis dalam bahasa Belanda.
Buku antikuariat di PUSTAKA dipelihara baik fisik maupun kontennya. Buku dengan usia ratusan tahun secara fisik banyak mengalami kerusakan yang disebabkan oleh faktor biologis, fisik, dan kimiawi. Di PUSTAKA ada kegiatan preservasi dan konsevarsi bahan pustaka. Kegiatan konservasi buku antikuariat melalui tahapan yang panjang. Diawali dengan pencarian buku di ruang stack (penyimpanan) oleh pustakawan. Kebijakan yang diambil PUSTAKA, untuk prioritas pengolahan buku antikuariat, dipilih tema buku Indonesiana, yaitu buku yang mengulas tentang Indonesia dari berbagai aspek yang diterbitkan baik di dalam maupun luar negeri.
Pustakawan mengidentifikasi keadaan fisik buku dan menentukan perlakuan yang akan dilakukan pada buku tersebut. Tahap pertama adalah proses alih media dilakukan dengan proses scanning untuk menyimpan informasi yang terkandung didalamnya. Setelah proses alih media, buku dilihat kondisi kerusakannya. Bila kerusakan ringan cukup hanya dijilid ulang. Namun ada juga buku antikuariat yang perlu penanganan khusus seperti bleaching dan laminasi.
Buku antikuariat kebanyakan berdebu dan berjamur. Ada juga yang berlubang kecil di kertasnya dan warnanya kusam. Banyak juga halaman yang terlepas dari jilidan. Untuk buku dengan kerusakan berat memerlukan tindakan bleaching. Persiapan proses bleaching meliputi penyiapan bahan kimia yang akan dipakai.
Bahan yang disiapkan Kalium Permanganat (PK), warnanya ungu dan sering dimanfaatkan untuk mengobati kulit gatal dan berjamur. Sama fungsinya dalam proses ini yaitu menghilangkan jamur dan organik lain yang menempel di buku. Buku antikuariat yang sudah berubah warna menjadi kusam, diperbaiki dengan Oxalat acid agar kertas menjadi cerah. Untuk menetralkan pH kertas digunakan Magnesium Carbonat.
Banyak tahapan dan memerlukan waktu untuk membuat buku antikuariat jadi seperti buku yang “baru” atau terlahir kembali. Proses diawali dengan melepas lembaran halaman buku, kemudian dicatat halamannya untuk mempermudah dalam penyusunan ulang.
Lembaran kertas diletakkan perlembar di atas kasa strimin, berfungsi untuk melindungi kertas agar tidak hancur dan saling menempel saat dicuci. Kertas direndam dalam larutan air selama 15 menit kemudian cuci dengan air mengalir untuk menghilangkan debu dan kotoran. Kemudian kertas direndam dalam larutan PK untuk menghilangkan jamur dan organik lainnya. Setelah 15 menit direndam , cuci kembali dengan air yang mengalir dan rendam kembali dalam larutan Oxalat Acid selama 15 menit agar kertas menjadi “cerah”. Setelah itu cuci kembali dengan air mengalir kemudian masukkan lembaran kertas ke dalam larutan Magnesium Carbonat dengan air aquades murni.
Perendaman dilakukan selama 15 menit. Perendaman ini berfungsi untuk menghilangkan sifat asam kertas.Akhir dari tahapan bleaching adalah menjemur di rak bersusun. Selama pengeringan tidak boleh terkena cahaya matahari, cukup dengan kipas angin.
Setelah proses bleaching, buku diidentifikasi kembali. Ada buku yang langsung dijilid kembali, ada juga yang perlu dilakukan laminasi. Proses laminasi menggunakan kertas tissue yang masih diimport dari Jepang. Tissue dilapiskan pada lembaran kertas dengan menggunakan lem CMC. Setelah dilapisi tissue, kertas dikeringkan kembali di rak pengeringan selama satu hari. Selesai proses pengeringan, buku kemudian dijilid secara manual.
Jarang pemustaka yang paham proses perawatan buku antikuariat. Saat dilakukan library tour mereka menjadi sangat tertarik dan ingin mencoba praktik. Banyak pelajaran yang diambil setelah berkunjung ke PUSTAKA. Mempelajari perkembangan sebuah peradaban dari buku antikuariat seperti menapak lorong panjang perjalanan pengetahuan. Banyak ilmuwan yang terharu setelah melihat koleksi antikuariat. Mereka menyatakan inilah surga pengetahuan yang saya cari, tidak usah jauh jauh ke luar negeri, ternyata PUSTAKA mengkoleksi harta karun yang tersembunyi.