Sabtu 19 Mar 2022 05:15 WIB

Tidur Siang Berlebihan Jadi Tanda Sakit Alzheimer

Tidur siang berlebihan pada orang tua sering kali diabaikan.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Tidur siang berlebihan pada orang tua sering kali diabaikan.
Foto: www.freepik.com.
Tidur siang berlebihan pada orang tua sering kali diabaikan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebiasaan tidur siang selama lebih dari satu jam atau beberapa kali dalam sehari bisa jadi merupakan tanda awal penyakit Alzheimer. Menurut studi, tidur siang berlebih memiliki hubungan dua arah dengan penurunan kognitif.

"Perilaku tidur siang pada orang tua sering kali diabaikan," ujar peneliti Peng Li, seperti dilansir New Atlas, Sabtu (19/3/2022).

Baca Juga

Studi yang dilakukan oleh Li dan tim melibatkan lebih dari seribu orang partisipan yang merupakan lansia. Selama 14 hari setiap tahunnya, para partisipan diminta untuk menggunakan alat yang dapat memantau gerakan. Dari alat ini, peneliti bisa memperhitungkan berapa lama para partisipan tidur siang.

Studi ini berlangsung selama 14 tahun. Setiap tahunnya, para partisipan juga menjalani tes untuk mengukur penurunan kognitif yang mereka alami.

Hasil studi menemukan bahwa frekuensi dan durasi tidur siang tampak meningkat seiring dengan menuanya usia. Namun pada orang-orang yang terdiagnosis dengan penyakit Alzheimer, durasi dan frekuensi tidur siangnya tampak dua kali lebih besar dibandingkan orang-orang yang tidak terdiagnosis dengan penyakit tersebut.

"Tidur siang yang lebih panjang dan lebih sering berkaitan dengan risiko demensia Alzheimer yang lebih tinggi," pungkas tim peneliti.

Selain itu, tim peneliti juga menemukan tidur siang yang semakin berlebih tampak berkaitan dengan kognisi yang lebih buruk sekitar satu tahun kemudian. Sebaliknya, semakin buruk kognisi juga berkaitan dengan semakin berlebihnya kebiasaan tidur yang terjadi di tahun berikutnya.

Peneliti Ye Leng mengatakan studi ini masih memiliki keterbatasan. Oleh karena itu, studi ini tidak bisa menarik kesimpulan bahwa tidur siang menyebabkan penuaan kognitif.

Meski begitu, studi ini mengindikasikan bahwa kebiasaan tidur siang yang berlebih bisa jadi merupakan sinyal adanya proses penuaan atau penuaan kognitif yang cepat.

"Akan menarik bagi studi kedepannya untuk mengeksplorasi apakah intervensi pada tidur siang bisa membantu memperlambat penurunan kognitif yang berkaitan dengan usia," jelas Leng.

Leng menambahkan, hubungan antara tidur siang dan penurunan kognitif yang ditemukan dalam studi terbaru ini tidak dipengaruhi oleh kualitas tidur malam. Tim peneliti telah menyesuaikan data dengan kuantitas dan kualitas tidur di malam hari dan hubungan antara kebiasaan tidur siang dengan penurunan kognitif masih sama.

Melalui studi terbaru ini, Leng berharap ada lebih banyak perhatian yang tercurahkan pada pola tidur siang. Peneliti tersebut juga mengimbau agar masyarakat bisa mengenali pola tidurnya sendiri dan menyadari bila ada perubahan pada pola tersebut.

"Perubahan tidur penting dalam membentuk perubahan internal di otak yang berkaitan dengan jam sirkadian, penurunan kognitif, dan risiko demensia," ungkap Leng.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement