Selasa 29 Mar 2022 00:40 WIB

Kemerosotan Obligasi Global Picu Intervensi dari BOJ

Imbal hasil obligasi 10 tahun Jepang naik hingga menyentuh 0,245 persen.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Penurunan obligasi global tertajam masih terjadi hingga Senin (28/3/2022), terutama di Australia dan Selandia Baru. Hal ini pun memicu intervensi dari Bank of Japan yang turun tangan untuk membatasi kenaikan imbal hasil.

Imbal hasil tiga tahun Aussie melonjak sebanyak 12 basis poin menjadi 2,33 persen, tertinggi sejak Desember 2014. Sementara imbal hasil 10 tahun Jepang naik hingga menyentuh 0,245 persen. 

Sebelumnya BoJ mengumumkan operasi pembelian tak terbatas untuk mempertahankan imbal hasil di bawah batas 0,25 persen. Imbal hasil Treasuri dua tahun naik empat basis poin menjadi 2,30 persen.  Hal ini lantaran kenaikan suku bunga hingga dua bps oleh the Fed.

"Momentum untuk obligasi secara global semuanya satu arah saat ini, surat berharga merosot karena ekspektasi kenaikan suku bunga Fed," kata kepala penelitian pendapatan tetap di Westpac Banking Corp, Damien McColough, dikutip Bloomberg