Selasa 29 Mar 2022 12:16 WIB

Pertemuan Antardelegasi, Ukraina Berharap Tercapai Gencatan Senjata

Ukraina berharap perundingan kali ini bisa tercapai kesepakatan gencatan senjata

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Bendera nasional Ukraina dan Rusia diletakkan di atas meja menjelang pembicaraan damai
Foto: AP/Sergei Kholodilin/BelTA
Bendera nasional Ukraina dan Rusia diletakkan di atas meja menjelang pembicaraan damai

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL - Juru runding Rusia-Ukraina bertemu di Istanbul, Turki untuk melanjutkan perundingan damai pada Selasa (29/3/2022) waktu setempat. Ukraina berharap perundingan kali ini bisa tercapai kesepakatan untuk gencatan senjata.

Tayangan TV menunjukkan delegasi Ukraina tiba di Istanbul untuk proses perundingan. "Program minimum adalah pertanyaan kemanusiaan, dan program maksimum adalah mencapai kesepakatan tentang gencatan senjata," kata menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba di televisi nasional. "Kami tidak memperdagangkan orang, tanah, atau kedaulatan," imbuhnya.

Sementara itu, menurut seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS, Presiden Rusia Vladimir Putin tampaknya tidak siap berkompromi untuk mengakhiri perang. Begitupun penasihat kementerian dalam negeri Ukraina Vadym Denysenko yang meragukan akan ada terobosan pada isu-isu utama.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, pembicaraan sejauh ini belum menghasilkan terobosan substansial tetapi penting untuk dilanjutkan secara langsung. Dia menolak memberikan informasi lebih lanjut karena hal itu dapat mengganggu proses.

Baca juga : Harga Minyak Anjlok di Tengah Kekhawatiran Permintaan China Lebih Lemah

Perundingan Selasa antara Ukraina dan Rusia menjadi yang pertama secara langsung sejak pertemuan sengit para menteri luar negeri pada 10 Maret. "Kami telah menghancurkan mitos tentara Rusia yang tak terkalahkan. Kami melawan agresi salah satu tentara terkuat di dunia dan telah berhasil membuat mereka mengubah tujuan mereka," kata Wali Kota Kiev Vitali Klitschko.

Dia mencatat 100 orang telah tewas di ibu kota, termasuk empat anak-anak. Sedangkan 82 gedung bertingkat hancur.

Ketika kedua pihak terakhir bertemu secara langsung, Ukraina menuduh Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengabaikan permintaan untuk membahas gencatan senjata. Sementara Lavrov mengatakan penghentian pertempuran bahkan tidak ada dalam agenda.

Sejak itu, mereka telah mengadakan pembicaraan melalui tautan video dan secara terbuka mendiskusikan formula bahwa Ukraina dapat mengambil posisi netral dan membatalkan keinginannya bergabung dengan NATO. Jika Kiev setuju memenuhi tuntutan tersebut, Moskow akan menghentikan agresinya. Namun tidak ada yang mengalah atas tuntutan teritorial Rusia termasuk Krimea, dan wilayah timur Donbas.

Baca juga : Penyebab Mengapa Timur Tengah Rentan Konflik Menurut Petinggi IMF

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement