Rabu 30 Mar 2022 17:08 WIB

Jadi JBKP, Stok Pertalite di Sebagian SPBU Tangerang Kosong

Petugas SPBU menyebut ada pembatasan pembagian stok pertalite

Pengendara motor mengisi BBM jenis Pertalite di sebuah SPBU. Ketersediaan bahan bakar minyak RON 90 atau pertalite di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kota Tangerang terpantau kosong pada Rabu (30/3/2022) siang. Kondisi itu terjadi seiring dengan keputusan pemerintah mensubsidi Pertalite sebagai pengganti tidak dijualnya kembali bahan bakar minyak jenis Premium pada tahun ini.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Pengendara motor mengisi BBM jenis Pertalite di sebuah SPBU. Ketersediaan bahan bakar minyak RON 90 atau pertalite di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kota Tangerang terpantau kosong pada Rabu (30/3/2022) siang. Kondisi itu terjadi seiring dengan keputusan pemerintah mensubsidi Pertalite sebagai pengganti tidak dijualnya kembali bahan bakar minyak jenis Premium pada tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Ketersediaan bahan bakar minyak RON 90 atau pertalite di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kota Tangerang terpantau kosong pada Rabu (30/3/2022) siang. Kondisi itu terjadi seiring dengan keputusan pemerintah mensubsidi Pertalite sebagai pengganti tidak dijualnya kembali bahan bakar minyak jenis Premium pada tahun ini. 

Pantauan Republika di sebuah SPBU yang berlokasi di Jalan Daan Mogot, Tangerang, tidak ada kendaraan yang berada di bagian pengisian bahan bakar Pertalite. Sejumlah kendaraan antre di barisan pengisian bahan bakar jenis Pertamax. 

Di sisi depan SPBU, terpampang sebuah papan berukuran sekitar 60 cm x 30 cm bertuliskan "Pertalite sedang dalam perjalanan", bersanding dengan papan berukuran serupa bertuliskan "Bio Solar sedang dalam perjalanan". 

Seorang petugas SPBU, Ahmad mengatakan, stok Pertalite sedang kosong, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang mencari jenis bahan bakar tersebut. Kondisi itu terjadi sejak pagi dini hari. 

"Stoknya (Pertalite) habis dari tadi pagi. Hari ini datangnya sore palingan," tutur Ahmad saat ditemui, Rabu (30/3). 

Ahmad mengatakan, adanya pembatasan jumlah Pertalite yang diberikan kepada tiap SPBU. Dia menyebut, jika biasanya mendapatkan jatah 16 ton, saat ini mendapatkan separuhnya saja atau 8 ton. 

Pemandangan kondisi kosongnya stok Pertalite juga terlihat di salah satu SPBU di Jalan Sitanala, Tangerang. Seorang petugas SPBU menuturkan, stok Pertalite bahkan sudah habis sejak petang kemarin. 

"Lagi kosong. Habis per kemarin jam 19.00 WIB, dari sananya (stok dari pusat) begitu. Biasanya jadwal pagi dikirim, tapi belum datang. Kalau Bio Solar habis jam 11.00 tadi," tuturnya. 

Terlihat sesekali terlihat pengendara sepeda motor menanyakan tentang keberadaan Pertalite, lalu memilih membeli Pertamax karena mengetahui adanya kelangkaan pada Pertalite.  Sementara pengendara truk dari dalam kendaraan terlihat menanyakan ihwal ketersediaan Bio Solar kepada petugas, dan mendapati adanya kelangkaan pula.

Sementara itu, terpantau harga bahan bakar Pertamax tidak mengalami kenaikan seiring dengan langkanya Pertalite. Harga Pertamax tercatat di angka Rp9.000 per liter. Para petugas SPBU juga menyebut tidak ada pembatasan pembelian Pertalite. 

Diketahui, Pemerintah memutuskan tak lagi menjual bahan bakar minyak jenis Premium sejak tahun 2022. BBM khusus yang disalurkan PT Pertamina (Persero) yang disubsidi oleh pemerintah adalah Pertalite atau RON 90.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan keputusan menjadikan Pertalite sebagai Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) sejak 10 Maret melalui Kepmen ESDM No 37.K/HK.02/MEM.M/2022.

"Premium sudah tidak dijual lagi, saat ini yang menjadi JBKP adalah Pertalite," ujar Tutuka dalam RDP bersama Komisi VII DPR RI, Selasa (29/3).

Tutuka juga menjelaskan saat ini masyarakat tak bisa lagi leluasa membeli Pertalite. Sebab, saat ini jatah Pertamina menjual Pertalite dalam 2022 hanya 23,05 juta KL. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement