Rabu 30 Mar 2022 23:49 WIB

Remaja Inggris Dipenjara karena Lecehkan Rashford Usai Final Euro 2020

Justin Lee Price mengunggah pesan rasialis via Twitter yang ditujukan kepada Rashford

Marcus Rashford (kiri) dari Inggris bereaksi setelah gagal mengeksekusi penalti saat adu penalti final UEFA EURO 2020 antara Italia dan Inggris di London, Inggris, Senin (12/7) dini hari WIB.
Foto: EPA-EFE/Andy Rain
Marcus Rashford (kiri) dari Inggris bereaksi setelah gagal mengeksekusi penalti saat adu penalti final UEFA EURO 2020 antara Italia dan Inggris di London, Inggris, Senin (12/7) dini hari WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang remaja Inggris telah dijatuhi hukuman enam pekan penjara setelah melakukan pelecehan rasial terhadap pemain Inggris Marcus Rashford di Twitter setelah final Kejuaraan Eropa tahun lalu. Ini disampaikan Crown Prosecution Service (CPS), badan publik yang melakukan penuntutan pidana atas kasus kriminal yang sudah ditangani polisi di Inggris, Rabu (30/3/2022).

Justin Lee Price, 19, dari Worcester, sebelumnya mengaku mengirim pesan yang sangat ofensif pada sidang di Pengadilan Magistrat Worcester pada 17 Maret. Price dijatuhi hukuman di Pengadilan Magistrat Kidderminster pada Rabu.

Baca Juga

Dia awalnya mencoba menghindari deteksi dengan mengubah nama pengguna Twitter-nya setelah postingan itu dilaporkan, kata CPS. Remaja itu membantah pelanggaran itu dalam wawancara polisi pertama setelah penangkapannya tetapi mengaku memposting tweet itu ketika ditanyai untuk kedua kalinya.

"Price menargetkan pesepak bola berdasarkan warna kulitnya dan tindakannya jelas rasis dan kejahatan rasial," kata Mark Johnson, jaksa senior CPS West Midlands, dalam sebuah pernyataan dikutip Reuters.

"Mereka yang melecehkan pemain sepak bola secara rasial merusak permainan untuk semua. Saya harap kasus ini mengirimkan pesan bahwa kami tidak akan mentolerir rasisme, dan pelanggar akan dituntut sesuai hukum yang berlaku."

Rashford dan rekan setimnya di Inggris Jadon Sancho dan Bukayo Saka menjadi sasaran pelecehan online setelah gagal mengeksekusi penalti mereka dalam adu penalti melawan Italia pada final Euro 2020, Juli tahun lalu.

Douglas Mackay, jaksa kepala olahraga CPS, mengatakan kejahatan kebencian yang berkaitan dengan acara olahraga telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

"Laporan tengah musim internal Unit Pemolisian Sepak Bola Inggris telah menunjukkan peningkatan signifikan dalam kriminalitas terkait sepak bola dibandingkan dengan tingkat pra-pandemi. Tidak ada tempat untuk kebencian dalam sepak bola, dan kejahatan kebencian seperti ini memiliki dampak yang signifikan terhadap para korban."

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement